Anjloknya Rupiah, Pukulan Telak ke Pengusaha Konstruksi
JAKARTA - Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) mengungkapkan rendahnya nilai tukar Rupiah saat ini menjadi pukulan ketiga pada tahun ini. Hal ini terjadi setelah adanya kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Nilai tukar semenjak awal tahun sudah turun hingga menyentuh 20 persen," ujar Ketua LPJKN Tri Wijayanto, saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (25/9/2013).
Tri menilai, saat ini industri masih bekerja sesuai kontrak yang diperoleh. Menurutnya, merupakan persoalan pemerintah untuk menekan defisit neraca perdagangan. "Tapi Kita sudah di ujung, kena tiga dampak, tapi dua bisa bertahan. Tapi Rupiah ini adalah efek langsung," ujar Tri.
Dia menilai, jika Rupiah terus tertekan, maka kenaikan harga bahan baku juga tidak dapat dihindarkan. Kejadian ini, tentu semakin memberatkan, pasalnya pemerintah juga menaikkan UMR sebesar 40 persen untuk wilayah Jakarta, selain itu juga terjadi kenaikan harga BBM.
Angka ini tentunya mendongkrak semua ongkos produksi seperti tenaga kerja dan juga masalah transportasi. Untuk itu, dia mengungkapkan LPJKN mewakili semua sektor konstruksi meminta pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan untuk menanggulangi hal ini. Tri mengungkapkan, margin sektor industri konstruksi hanya di kisaran 2-4 persen.