Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | Metalsthelike

Wednesday, January 15, 2014 12:17 WIB

China: Tenang, Kami Sudah 'Menimbun'

Indonesia merupakan salah satu pengekspor barang mineral terbesar di dunia. China menjadi salah satu negara yang banyak mengimpor barang mineral mentah asal Indonesia.

MS Hidayat, Menteri Perindustrian, mengaku pernah melihat tumpukan bauksit asal Indonesia di China. "Saya ke China dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri ada tumpukan tiga juta ton di pantai. Bauksit, semuanya tumpukan ekspor bahan mentah dari Indonesia," katanya di Jakarta baru-baru ini.

Selain bauksit, Hidayat juga menyebutkan ada 27 juta ton nikel asal Indonesia. "Tanah saja yang digali, lalu dikirim ke sana," ujarnya.

Lalu bagaimana jika Indonesia tak lagi mengekspor bahan tambang mentah ke China? Fitch Ratings dalam risetnya menyatakan bahwa dampak terhadap industri mineral di negeri Tirai Bambu, terutama bagi produsen aluminium yang menggunakan bauksit sebagai bahan baku, tidak terlalu signifikan.

"Para produsen aluminium sudah memupuk stok yang bisa bertahan untuk satu tahun. Mereka juga mulai mengubah kebijakan untuk tidak lagi terlalu tergantung terhadap pasokan dari Indonesia," sebut riset Fitch.

Selama ini, lanjut riset Fitch, sekitar seperlima produksi aluminium China menggunakan bauksit yang diimpor dari Indonesia. Tahun lalu, impor bauksit ke China tumbuh sekitar 80 persen dan itu meningkatkan produksi aluminium 18-20 persen.

Perusahaan-perusahaan China, tambah riset Fitch, juga sudah mengantisipasi penerapan larangan ekspor mineral mentah sejak Undang-Undang Mineral dan Batubara diteken pada 2009. Mereka sudah mendiversifikasi negara tempat mengimpor mineral.

"Mereka mengamankan pasokan dari berbagai negara seperti Australia, India, atau Papua Nugini. Mereka juga berupaya untuk membangun refinery dan smelter di Indonesia, agar bisa tetap mengekspor," kata laporan Fitch.

Meski demikian, Fitch menilai tetap ada dampak negatif dalam jangka pendek. "Mungkin saja ada masalah dalam pasokan sehingga menaikkan biaya produksi aluminium secara temporer. Namun ini tidak berdampak signifikan terhadap harga aluminium global dan produksi juga tetap akan surplus pada 2014," jelas riset tersebut.



Sumber: detikcom

RELATED NEWS

OTHER NEWS

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]