OPEC+ Kemungkinan Tunda Tingkatkan Output, Minyak Berjangka Rebound
Thursday, September 05, 2024       13:48 WIB

Ipotnews - Harga minyak menguat, Kamis, setelah sebelumnya jatuh ke level terendah beberapa bulan karena produsen utama mungkin menunda peningkatan output yang direncanakan untuk bulan depan dan stok AS turun, meski kenaikan tersebut dibatasi oleh kekhawatiran permintaan yang terus menghantui pasar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman November, patokan internasional, naik 18 sen, atau 0,25%, menjadi USD72,88 per barel pada pukul 13.30 WIB, setelah anjlok 1,4% pada sesi sebelumnya ke penutupan terendah sejak 27 Juni 2023, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Kamis (5/9).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Oktober, bertambah 19 sen, atau 0,27%, menjadi USD69,39 per barel setelah merosot 1,6%, Rabu, ke penutupan terendah sejak 11 Desember.
"Sentimen pesimistis di pasar minyak tampaknya mereda setelah data API yang kuat dan berita OPEC + mempertimbangkan kembali kenaikan output mengemuka, dan mendorong harapan," kata Priyanka Sachdeva, analis Phillip Nova.
Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya yang dipimpin Rusia, dikenal sebagai OPEC +, membahas penundaan peningkatan produksi minyak yang dijadwalkan dimulai pada Oktober karena harga jeblok, empat sumber dari kelompok produsen tersebut mengatakan kepada  Reuters , Rabu.
Pekan lalu, OPEC + bersiap untuk melanjutkan kenaikan output sebesar 180.000 barel per hari (bph) pada Oktober, sebagai bagian dari rencana untuk secara bertahap menghentikan pemotongan terbarunya sebesar 2,2 juta bph.
Namun, potensi berakhirnya perselisihan yang menghentikan ekspor Libya dan permintaan China yang lemah mendorong kelompok tersebut untuk mempertimbangkan kembali.
Harga juga mendapat dukungan setelah data American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah AS turun 7,431 juta barel, minggu lalu. Ini lebih dari ekspektasi analis dalam jajak pendapat  Reuters  yang memperkirakan penarikan 1 juta barel.
"Angka API yang dirilis tadi pagi (WIB) bersifat konstruktif," kata analis ING, menambahkan jika data resmi pemerintah menunjukkan penurunan yang sama nanti, itu bisa menjadi "penyusutan mingguan terbesar sejak Juni."
Data stok minyak AS mingguan dari Energy Information Administration (EIA) akan dirilis malam ini pukul 21.30 WIB.
Pasar juga menunggu indikator data ekonomi makro AS lebih lanjut yang akan dirilis Kamis.
"Dalam jangka pendek, karena ada data pertumbuhan ekonomi AS utama yang akan keluar hari ini dan besok...spekulan jangka pendek mungkin ragu untuk mengambil posisi bearish yang baru pada minyak WTI, ditambah dengan pembacaan oversold yang terlihat pada indikator momentum jangka pendek," kata analis OANDA, Kelvin Wong.
Kekhawatiran permintaan di China, importir minyak terbesar di dunia, membatasi kenaikan.
Data yang dipublikasikan akhir pekan lalu oleh pemerintah China mengungkapkan aktivitas manufaktur merosot ke level terendah dalam enam bulan bulan lalu, karena harga pabrik anjlok dan pemilik kesulitan mendapatkan pesanan.
"Secara ekonomi, perlambatan ekonomi China dan permintaan minyak yang lemah di sana, yang mengejutkan beberapa kalangan, merusak kepercayaan pasar," kata analis Citi. (ef)

Sumber : Admin