Literasi Keuangan dan Perencanaan Pensiun (5): Apakah Prinsip-prinsip Literasi Keuangan yang Perlu Saya Ketahui?
Friday, December 29, 2023       18:48 WIB

Pada artikel sebelumnya yang berjudul " Bagaimanakah Caranya Supaya Menjadi Cakap Secara Keuangan ?", kami telah mengajukan tiga hal yang harus dilatih terus supaya literasi keuangan kita selalu terasah.
Ketiga hal tersebut adalah: (1).Belajar Mengelola Utang, (2).Belajar Mengelola Kelebihan Penghasilan, dan (3).Berinvestasi Pada Masa Depan.
Masih berkaitan dengan artikel sebelumnya itu, pada artikel kali ini, kita akan membahas prinsip-prinsip literasi keuangan yang perlu Anda ketahui (supaya menjadi cakap secara keuangan).
Sebenarnya tidak ada hal yang baru di sini. Kami hanya menyajikan ulang prinsip-prinsip literasi keuangan ini secara sistematis, sehingga Anda dapat dengan mudah mengingatnya.
1. Bagaimana caranya memperoleh penghasilan secara berkelanjutan
Memperoleh penghasilan secara berkelanjutan artinya adalah penghasilan itu diperoleh dari pekerjaan tetap, yang secara rutin mendapat gaji, dan bukan hasil dari kerja serabutan. Kita kesampingkan dulu perencanaan keuangan untuk golongan wiraswasta ( entrepreneur ).
Berwiraswata itu bagus, tetapi tidak semua orang mampu berwiraswasta. Berwiraswasta membutuhkan keahlian lebih daripada menjadi karyawan. Ada orang yang mungkin mampu berwiraswasta, tetapi jika keadaan tidak mendukung, tetap saja ia tidak bisa berwiraswasta. Setidaknya menjadi karyawan dengan gaji tetap akan lebih mendukung kehidupan yang lebih mapan.
2. Bagaimana caranya membelanjakan penghasilan secara bertanggungjawab
Membelanjakan penghasilan secara bertanggung jawab artinya hanya boleh berbelanja menggunakan uang yang berasal dari penghasilan yang telah diterima, bukan penghasilan yang akan diterima di kemudian hari, tetapi saat ini belum diterima.
Berbelanja menggunakan uang (gaji) yang akan diterima nanti, berarti menggunakan uang yang belum menjadi haknya. Hal ini biasanya merupakan awal dari utang-utang yang timbul kemudian.
Mengapa? Karena jumlah yang dibelanjakan hanya dicatat secara  mental  saja. Itu pun kalau ada catatan atas jumlah yang telah dibelanjakan.
Ambil contoh misalnya orang yang berbelanja menggunakan kartu kredit, dengan asumsi semua utang belanja nanti akan dilunasi pada saat tagihan kartu kredit itu tiba ( payment due date ). Bandingkan misalnya dengan orang yang hanya membelanjakan uang gajinya setelah tanggal gajian, dimana uang gaji telah benar-benar diterima dalam rekeningnya.
Tentu saja kasus ini akan sangat berbeda, karena orang yang berbelanja hanya atas jumlah yang sudah diterimanya tidak akan berbelanja lebih besar dari gajinya. Sebaliknya, orang yang berbelanja menggunakan kartu kreditnya harus mengingat ingat berapa jumlah yang telah digunakannya.
3. Bagaimana caranya menabung kelebihan penghasilan dengan bijaksana
Sejak kecil kita sudah diajari oleh orang tua atau guru kita untuk menabung. Jumlah yang ditabung biasanya adalah jumlah penghasilan yang diterima setelah dikurangi semua pengeluaran. Artinya, jumlah Tabungan yang berhasil disisihkan baru dapat diketahui setelah akhir bulan, setelah semua pengeluaran dilakukan.
Biasanya cara ini kurang sukses dilakukan, karena kita mempunyai banyak kebutuhan yang semuanya menuntut prioritas. Akibatnya, jumlah yang ditabung seringkali lebih sedikit daripada jumlah target tabungan tiap bulan.
Sekarang kita ganti cara menabungnya. Anggap jumlah yang dapat ditabung sebagai pengeluaran yang memiliki prioritas paling tinggi. Jadi, jumlah atau target tabungan telah disisihkan lebih dahulu pada awal bulan.
Cara ini dikenal sebagai cara membayar untuk diri sendiri sebelum kita membayar semua tagihan dari luar. Dengan cara ini, target jumlah tabungan tiap bulan jarang yang meleset.
Sekarang kita ganti cara menyimpan kelebihan uang gaji yang diterima, dari menabung ke investasi. Mengapa berinvestasi dianggap lebih superior dibandingkan menabung? Ingat bahwa tujuan akhir kita membahas literasi keuangan ini adalah untuk perencanaan pensiun ( retirement planning ).
Artinya, uang kelebihan dari gaji yang diterima belum akan dipakai untuk jangka waktu yang lama, mungkin sampai belasan tahun jika kita mulai menyisihkan uang tersebut sejak berusia muda. Jika seseorang mulai bekerja pada usia 25 tahun (lulus kuliah S1), dan pensiun pada usia 60 tahun, maka uang kelebihan penghasilan yang ada harus disimpan selama 35 tahun.
Bandingkan dengan jangka waktu deposito perbankan yang hanya maksimal satu tahun saja. Kita tahu bahwa makin panjang jangka waktu (tenor) investasi, maka imbal hasil investasi seharusnya juga semakin besar.
Jadi, deposito satu bulan akan memberikan bunga lebih rendah daripada deposito 3 bulan, yang lebih rendah dari deosito 6 bulan, yang lebih rendah daripada deposito 12 bulan. Berbekal pengetahuan ini, tentu Anda tidak mau uang Anda hanya ditaruh di deposito dan diperpanjang terus menerus sampai 35 tahun bukan?
Pilihan berikutnya adalah membeli obligasi atau reksadana pendapatan tetap. Ini pilihan yang lebih baik daripada deposito, tetapi tidak cukup baik untuk perencanaan pensiun yang berjangka waktu sangat panjang. Mengapa? Walaupun reksadana pendapatan tetap tidak memiliki tanggal jatuh tempo, sesungguhnya Manajer Investasi reksadana itu berinvestasi dalam obligasi yang memiliki jangka waktu satu sampai lima tahun pada saat obligasi itu jatuh tempo.
Jika kita memiliki horizon investasi selama 35 tahun, apakah kita harus menyimpan uang pada deposito saja atau obligasi saja (dan mengulang proses itu setiap lima tahun)? Tentu saja tidak, karena ada investasi yang lebih panjang, bahkan tidak memiliki tanggal jatuh tempo. Investasi itu adalah instrument ekuitas (saham-saham). Tetapi bukankah investasi dalam saham-saham sangat bersiko?
Berbeda dengan deposito yang hasilnya sudah kita ketahui pada waktu kita mulai berinvestasi, harga saham dapat naik atau turun setiap saat tanpa kita ketahui. Untuk memahami resiko-resiko dalam berinvestasi pada instrumen ekuitas, kita perlu memiliki kecakapan finansial ( financial literacy ) yang memadai.
4. Bagaimana caranya berutang secara bijaksana (tanpa terjebak di dalamnya)
Setiap orang pernah berutang. Bahkan bank-bank yang terlihat kaya dan banyak memiliki uang itu selalu berutang. Deposito yang ditempatkan oleh nasabah bank pada dasarnya adalah utang dari bank kepada nasabahnya.
Perusahaan pun demikian. Ada utang perusahaan kepada bank yang membiayai modal kerjanya, ada utang perusahaan kepada investor pasar modal melalui penerbitan  commercial paper, medium term notes , atau penerbitan  bond  (obligasi). Perusahaan juga berutang kepada pemasoknya melalui pembelian bahan baku yang dibayar dengan  cek mundur .
Jadi, berutang itu wajar karena semua orang juga melakukannya. Dalam manajemen keuangan pribadi ( personal financial management ), berutang secara bijaksana artinya hanya berutang untuk sesuatu yang benar-benar dibutuhkan.
Misalnya, untuk membeli rumah tinggal. Orang tidak dapat menabung terus hingga uangnya cukup baru membeli rumah secara tunai. Berutang pada waktu membeli rumah dengan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) adalah tindakan yang lebih bijaksana dibandingkan dengan terus menerus menyewa rumah untuk tinggal.
Tetapi, membeli mobil mewah dengan KKB (Kredit Kendaraan Bermotor) mungkin bukan tindakan yang bijaksana, apabila mobil itu hanya dipergunakan untuk pamer kepada kawan-kawannya. Demikian pula, berutang melalui KTA (Kredit Tanpa Agunan) atau KK (Kartu Kredit) pada umumnya bukan tindakan yang bijaksana.
Pertama karena bunga KTA dan KK itu jauh lebih tinggi dari suku bunga pinjaman yang lain (KPR atau KKB), kedua adalah karena barang yang dibeli dengan KTA atau KK tersebut masih mungkin diperoleh secara tunai (tanpa kewajiban membayar biaya bunga yang sangat tinggi).
5. Bagaimana caranya memproteksi aset yang telah kita kumpulkan
Umumnya orang hanya berpikir cara memproteksi aset yang telah dikumpulkan adalah dengan membeli polis asuransi jiwa ( life insurance ) dan asuransi kebakaran ( fire insurance ) untuk rumah tinggal atau asuransi kehilangan ( general and loss insurance ) untuk kendaraan bermotor, untuk memenuhi persyaratan memperoleh kredit KPR atau KKB.
Pertanggungan asuransi itu pun bersifat menurun, mengikuti sisa jumlah kredit yang masih ada, karena pembelian polis hanya dilakukan untuk memenuhi persyaratan dari kreditur (bank atau perusahaan pembiayaan). Setelah kredit lunas, jarang ada debitur yang melanjutkan membeli asuransi itu atas dasar inisiatif sendiri.
Sesungguhnya, asuransi yang dibeli karena diwajibkan oleh kreditur, dibuat untuk melindungi kepentingan kreditur itu sendiri. Misalnya, nilai pertanggungan asuransi dibuat menurun mengikuti sisa jumlah kredit yang belum lunas. Tetapi, sesungguhnya nilai jiwa (nilai dari kemampuan seseorang untuk menghasilkan uang) justru akan meningkat jika ia masih muda dan dalam kondisi sehat.
Demikian pula dengan pertanggungan asuransi kebakaran atas rumah tinggal. Selama rumah itu masih berdiri, maka selalu ada resiko bahwa rumah itu dapat mengalami resiko kebakaran, baik kebakaran yang berasal dari rumah kita sendiri, maupun kebakaran yang bermula dari rumah tetangga di sekitar kita.
Mungkin hal yang lebih mudah dipahami adalah asuransi kehilangan kendaraan bermotor. Sering terjadi bahwa walaupun KKB (Kredit Kendaraan Bermotor) itu telah lunas, tetapi polis asuransi tetap diperpanjang oleh pemiliknya karena resiko kehilangan kendaraan bermotor terasa nyata dalam hidup sehari-hari. Tetapi, orang seringkali lupa bahwa resiko kebakaran atas rumah tinggal juga nyata, dan resiko kematian atas diri kepala keluarga ( bread winner ) juga nyata.
Maka dari itu, kita perlu membeli asuransi jiwa, asuransi kebakaran, atau asuransi kehilangan, atas dasar manfaat asuransi itu sendiri, bukan hanya karena dipersyaratkan oleh bank atau Perusahaan pembiayaan. Untuk dapat mengerti manfaat asuransi, maka sangatlah penting apabila kita memiliki kecakapan finansial yang memadai.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS