Literasi Keuangan dan Perencanaan Pensiun (4) - Bagaimana Caranya agar Menjadi Cakap Secara Keuangan?
Thursday, December 21, 2023       14:30 WIB

Literasi keuangan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti dan secara efektif menggunakan berbagai ilmu keuangan (misalnya: manajemen keuangan pribadi, alokasi penghasilan/ budgeting , dan investasi) dalam menjawab berbagai masalah keuangan yang dihadapi. Untuk menjadi cakap secara keuangan ( financially literate ), Anda harus mempelajari berbagai aspek dalam ilmu keuangan dan mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari.
Ada tiga hal utama yang akan kita bahas di sini untuk menjadi cakap secara keuangan:
1. Belajar mengelola utang
Setiap orang pasti pernah berutang, baik utang dalam jumlah kecil maupun utang dalam jumlah besar, baik utang berjangka pendek maupun utang berjangka panjang. Ada utang yang memang kita perlukan karena kita tidak mampu membeli secara tunai, misalnya utang KPR (Kredit Perumahan Rakyat). Tetapi ada pula utang yang bersifat opsional (pilihan). Artinya, kita dapat memilih untuk membelinya secara kredit atau membelinya secara tunai.
Di sini, kecakapan finansial diperlukan. Misalnya, kita sering mendapatkan penawaran dari bank penerbit kartu kredit untuk membeli barang-barang tertentu dengan cicilan enam bulan berbunga 0%. Tentu saja penawaran ini terasa menarik, karena kita boleh berutang selama enam bulan tanpa harus menanggung beban bunga. Yang jelas, setiap utang wajib untuk dibayar kembali.
Bagaimana cara kita menyikapi penawaran kredit berbunga nol persen itu? Karena kita sedang berbicara tentang literasi keuangan, kita pertama-tama harus menjawab apakah penawaran itu memang kita perlukan?
Kita mungkin tidak memerlukan barang yang ditawarkan itu sekarang, tetapi penawarannya sangat menarik karena bisa dicicil selama enam bulan tanpa bunga. Apakah kita akan membutuhkan barang itu dalam waktu enam bulan lagi? Jika jawabannya tidak, penawaran itu harus ditolak.
Kedua, kita harus bisa menjawab, mengapa penjual barang itu sanggup menjual secara kredit dengan bunga 0%? Penjualan secara kredit dengan bunga 0% tentu ada biayanya. Apakah barang yang dijual itu cacat produksi sehingga harganya dikorting (kecil kemungkinannya)?
Apakah penjual barang tersebut bekerja sama dengan bank penerbit kartu, supaya nasabah pengguna kartu menggesek kartunya sampai limit kartunya penuh dan (harapannya) nasabah pengguna kartu suatu saat lupa atau tak mampu membayar angsuran secara penuh, sehingga dikenakan suku bunga pinjaman kartu kredit yang tinggi? Apakah Anda sebagai pemegang kartu sanggup membayar secara penuh setiap angsuran yang jatuh tempo?
Belajar mengelola utang, artinya kita belajar untuk memilah-milah mana utang yang boleh diambil dan mana utang yang tidak perlu dan harus dihindari. Setelah mengambil utang hanya berdasarkan kebutuhan saja, kita kemudian belajar untuk mengalokasikan ( budgeting ) uang gaji (penghasilan) kita sehingga uang gaji itu cukup menutupi semua biaya-biaya yang timbul sampai dengan bulan berikutnya di mana kita kembali akan menerima gaji (penghasilan).
Dalam mengelola utang ini, penting untuk diketahui bahwa kita harus membayar kembali utang setiap bulan beserta dengan jumlah pokok terutang, dan bukan hanya bunga atas pokok yang terutang saja. Mengelola utang kartu kredit artinya sanggup untuk membayar setiap tagihan kartu kredit secara penuh pada saat tagihan itu jatuh tempo sehingga kita terhindar dari kewajiban membayar biaya bunga kartu kredit yang sangat tinggi. Kartu kredit seharusnya hanya dipakai sebagai alat pembayaran saja ( convenience way of payment ), dan bukan cara berutang.
2. Belajar mengelola kelebihan penghasilan
Setelah belajar mengelola utang, dan pada akhirnya melunasi semua utang yang ada, orang yang memiliki kecakapan keuangan (financial literasi) juga harus mampu mengelola kelebihan penghasilannya. Kelebihan penghasilan adalah besarnya penghasilan di atas besarnya pengeluaran per bulan yang harus ditanggung.
Pada waktu kita baru lulus kuliah dan mulai mengumpulkan uang, tentu banyak pengeluaran yang harus kita lakukan. Misalnya, kita harus membeli kendaraan (mobil) untuk berangkat dan pulang kerja, atau kita harus membeli rumah tinggal sendiri. Jarang sekali mobil atau rumah dibeli secara kontan.
Kita mengukur kemampuan kita membeli mobil atau rumah dengan cara membandingkan gaji kita dengan besarnya angsuran per bulan yang harus kita bayarkan. Angsuran mobil selalu berbunga tetap, tetapi angsuran rumah tinggal (KPR) biasanya berbunga mengambang ( floating ).
Sumber penghasilan yang dipakai untuk melunasi utang-utang itu, untuk kasus pegawai kantoran, adalah gaji yang rutin diterima setiap bulan dari kantor tempat bekerja. Dalam kasus pekerja kantoran, umumnya kenaikan gaji akan diterima secara berkala (setahun sekali), berdasarkan prestasi kerja. Besarnya kenaikan gaji, pada kondisi normal, akan lebih besar dari kenaikan inflasi.
Jadi, selalu akan ada kelebihan penghasilan di atas biaya-biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan. Kelebihan penghasilan ini yang harus dikelola dengan baik. Untuk itu dibutuhkan kecerdasan finansial (literasi keuangan) yang memadai.
Literasi keuangan yang akan kita bahas dalam hal ini adalah membedakan antara produk kredit dan produk investasi. Orang yang cakap secara keuangan akan mampu membedakan antara produk kredit dan produk investasi. Membeli produk kredit artinya kita memberi kredit (utang) kepada penjual produk kredit tersebut. Sementara itu, membeli produk investasi artinya kita ikut ambil bagian atas masa depan (keuntungan) penjual produk investasi tersebut.
Produk kredit misalnya adalah deposito di bank atau obligasi yang diterbitkan Perusahaan emiten, sementara produk investasi adalah berbagai instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh emiten (bank atau Perusahaan emiten lainnya).
Pada waktu kecakapan keuangan (literasi keuangan) kita masih rendah, umumnya kita hanya menyimpan kelebihan pendapatan yang kita miliki di dalam deposito. Setelah kecakapan keuangan kita bertambah, kita mungkin akan menaruh sebagian uang kita dalam reksadana, baik reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, maupun reksadana ekuitas.
Perbedaan antara deposito dengan reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap adalah sama-sama merupakan produk kredit. Artinya utang yang diberikan kepada bank atau penerbit obligasi, tetapi pada kasus deposito, penempatan dilakukan secara langsung. Sementara itu, pada kasus reksadana, ada pihak lain yang menjadi Manajer Investasi yang memilih bank atau penerbit obligasi yang dianggap baik untuk menaruh uangnya.
Pada waktu kita sudah memiliki kecerdasan atau kecakapan finansial yang lebih baik lagi, kita mungkin ingin berinvestasi pada instrumen saham-saham, baik investasi secara langsung di Bursa Efek Indonesia, maupun investasi secara tidak langsung melalui reksadana bersifat ekuitas.
Dari literasi keuangan yang kita miliki, kita tahu bahwa membeli produk investasi, dalam jangka panjang, akan jauh lebih menguntungkan dibandingkan hanya menempatkan kelebihan penghasilan kita dalam deposito. Tetapi, dari literasi keuangan pula, kita tahu bahwa setiap investasi mengandung resiko. Karena itu, kita selalu harus berhati-hati dalam berinvestasi.
3. Berinvestasi pada masa depan
Kecakapan finansial ( financial literacy ) harus setiap saat diasah (dilatih) sehingga kita selalu siap sedia menghadapi tantangan finansial di masa depan. Jangan karena Anda tidak kuliah di bidang ekonomi atau akuntansi maka Anda menjadi tidak paham dengan masalah manajemen keuangan pribadi ( personal finance ), masalah ekonomi nasional (inflasi, suku bunga, nilai tukar mata uang, dll), atau masalah alokasi penghasilan pribadi ( budgeting ).
Dengan bertambahnya penghasilan, tantangan keuangan di masa depan juga akan semakin besar. Kalau dulu, dengan uang yang terbatas, Anda hanya menyimpan uang pada deposito bank, sekarang Anda telah mampu membeli unit penyertaan reksadana pendapatan tetap dan reksadana ekuitas, atau bahkan berinvestasi secara langsung di instrumen saham-saham.
Menyimpan uang pada reksadana atau instrumen ekuitas membutuhkan kecakapan keuangan yang lebih besar dari pada sekadar menaruh uang pada deposito bank. Jangan sampai, Anda telah mampu mengumpulkan uang satu milyar, tetapi kecakapan keuangan Anda masih senilai sepuluh juta rupiah saja.
Kecakapan keuangan ( financial literacy ) dapat dipelajari dari buku-buku keuangan, atau dari website edukasi keuangan seperti IPOTNEWS ini. Di website IPOTNEWS, Anda bisa belajar tentang manajemen keuangan pribadi, belajar membuat alokasi penghasilan ( budgeting ), dan berbagai hal menyangkut perencanaan keuangan pribadi tanpa mengeluarkan uang sama sekali.
Anda hanya perlu meluangkan waktu untuk terus belajar sehingga Anda menjadi cakap secara keuangan. Kami bahkan menyarankan Anda, untuk mengukur kemajuan Anda dalam perencanaan keuangan, dengan mengambil ujian CFP (Certified Financial Planner) karena ujian ini relatif sangat mudah dan bisa diselesaikan dalam waktu dua hari saja untuk empat modul pelajarannya.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS