Iran Tembakkan Rudal ke Israel, Minyak Berjangka Melambung Tiga Persen
Wednesday, October 02, 2024       03:41 WIB

Ipotnews - Harga minyak melambung sekitar 3%, Selasa, setelah Iran menembakkan rudal balistik ke Israel sebagai balasan atas kampanye Israel terhadap sekutu Hizbullah Teheran di Lebanon.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melonjak USD1,86, atau 2,6%, menjadi USD73,56 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (1/10) atau Rabu (2/10) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melesat USD1,66, atau 2,4%, menjadi USD69,83 per barel. Di awal sesi, kedua patokan tersebut meroket lebih dari 5%.
Alarm berbunyi di seluruh Israel dan ledakan terdengar di Yerusalem dan lembah Sungai Yordan setelah warga Israel berlindung di tempat perlindungan bom.
Clay Seigle, analis risiko politik independen, mengatakan dalam sebuah email bahwa Israel "tidak akan ragu untuk memperluas serangan militernya untuk menyerang Iran secara langsung. Dan aset minyak Iran kemungkinan besar masuk dalam daftar target."
Serangan Israel terhadap fasilitas produksi atau ekspor minyak Iran dapat menyebabkan gangguan material, berpotensi lebih dari satu juta barel per hari, ungkap Seigle.
Di Laut Merah, kelompok lain yang didukung Iran, Houthi Yaman, mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap setidaknya satu dari dua kapal yang rusak di lepas pelabuhan Hodeidah. Houthi melancarkan serangan terhadap pengiriman internasional di dekat Yaman sejak November lalu sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina dalam perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
"Jika terjadi eskalasi, proksi Iran, pemberontak Houthi dan paramiliter Irak, mungkin akan melancarkan serangan terhadap produsen minyak Timur Tengah, yaitu Arab Saudi," kata Tamas Varga, analis PVM.
"Sekarang ada ketakutan nyata bahwa pasokan minyak akan terpengaruh, dan perdagangan yang gugup dan tidak stabil diantisipasi hingga gambarannya menjadi jelas," tambah Varga.
Sebelum berita bahwa Iran berencana melakukan serangan rudal, pasar minyak diperdagangkan melemah mendekati level terendah dalam dua minggu karena prospek peningkatan pasokan dan pertumbuhan permintaan global yang lesu lebih besar daripada kekhawatiran atas meningkatnya konflik Timur Tengah dan dampaknya terhadap ekspor minyak mentah dari kawasan tersebut.
Panel menteri dari kelompok produsen OPEC + akan bertemu pada 2 Oktober untuk meninjau pasar, tanpa perubahan kebijakan yang diharapkan. Mulai Desember, kelompok OPEC + yang terdiri dari Organisasi Negara Eksportir Minyak plus sekutu seperti Rusia dijadwalkan untuk meningkatkan produksi 180.000 barel per hari setiap bulan.
Selain itu, kemungkinan produksi minyak Libya akan pulih juga membebani pasar pada Selasa pagi. Parlemen yang berbasis di timur Libya sepakat, Senin, untuk menyetujui pencalonan gubernur bank sentral baru, yang dapat membantu mengakhiri krisis yang telah mengurangi output minyak negara itu.
Iran dan Libya sama-sama anggota OPEC . Iran, yang beroperasi di bawah sanksi Amerika, memproduksi sekitar 4,0 juta barel minyak mentah per hari pada 2023, sementara Libya memproduksi sekitar 1,3 juta barel minyak mentah per hari tahun lalu, menurut data dari Badan Informasi Energi (EIA) AS.
Data mingguan penyimpanan minyak Amerika akan dirilis oleh kelompok perdagangan American Petroleum Institute, Selasa, dan EIA sehari berselang.
Analis memperkirakan perusahaan energi AS menarik sekitar 1,3 juta barel minyak mentah dari penyimpanan selama pekan yang berakhir hingga 27 September.
Jika benar, itu akan menjadi penyusutan ketiga berturut-turut dan dibandingkan penarikan 2,2 juta barel selama minggu yang sama tahun lalu dan peningkatan rata-rata 400.000 barel selama lima tahun terakhir (2019-2023). (ef)

Sumber : Admin