Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | Law

Wednesday, October 17, 2018 18:26 WIB

Suap Meikarta, Apa Dampaknya ke Kondisi Keuangan Lippo Cikarang?

Jakarta - Proyek Meikarta belakangan menjadi sorotan publik karena sejumlah pejabat Kabupaten Bekasi dan pengusaha swasta terkait menjadi tersangka kasus suap perizinan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Megaproyek itu diketahui digarap oleh PT Mahkota Sentosa Utama yang sepenuhnya merupakan anak usaha dari PT Lippo Cikarang Tbk. 

Sepanjang perjalanan pembangunan proyek berdana jumbo itu, Meikarta tak jarang tersandung sejumlah kasus. Hal ini pula yang sedikit banyak diduga mempengaruhi kinerja saham perusahaan Lippo Cikarang yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten LPCK. 

Pada sore hari ini, saham LPCK berada di level Rp 1.330 per lembar saham atau jeblok 65,55 persen dibandingkan posisi pertengahan Oktober 2017 yakni Rp 3.850 per lembar saham. Namun sepanjang hari ini, saham LPCK berfluktuasi dengan tren naik dari posisi pembukaan perdagangan di level Rp 1.220 per lembar saham dan ditutup menguat 8,3 persen di level Rp 1.330 per lembar saham.

Tercatat, sepanjang kuartal pertama tahun ini, Lippo Karawaci membukukan pendapatan netto sebesar Rp 310,16 miliar atau turun 29,9 persen dibandingkan periode serupa tahun 2018 yang mencapai Rp 442,18 miliar. "Sementara laba selama periode berjalan Rp 80,79 miliar atau turun 56,3 persen dari posisi Rp 184,87 miliar ketimbang periode yang sama tahun 2017," seperti dikutip dari laporan keuangan Lippo Karawaci yang diserahkan ke BEI, 30 April 2018.

Penurunan juga terlihat pada laba usaha, laba per saham dasar serta arus kas netto Lippo Karawaci. Tercatat, selama kuartal pertama tahun ini laba usaha perusahaan itu mencapai Rp 73,44 miliar atau turun drastis bila dibandingkan kuartal pertama 2017 yang sebesar Rp 175,41 miliar.

Adapun laba per saham dasar turun dari 265,62 per kuartal pertama tahun 2017 menjadi 116,08 pada periode serupa tahun ini. Sementara arus kas netto Lippo Karawaci di kuartal pertama tahun 2018 mencapai negatif Rp 196,86 miliar atau memburuk dibandingkan posisi di periode yang sama tahun 2017 yakni negatif Rp 186,47 miliar.

Namun catatan fundamental yang lain seperti jumlah aset, liabilitas dan ekuitas Lippo Karawaci terlihat tumbuh. Jumlah aset perusahaan itu sepanjang kuartal pertama di 2018 sebesar Rp 12,93 triliun atau naik ketimbang periode yang sama tahun lalu Rp 12,38 triliun.

Sementara dari sisi liabilitas Lippo Karawaci tercatat per kuartal pertama di 2018 mencapai Rp 5,14 triliun atau naik dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,66 triliun. Adapun ekuitas perusahaan naik dari Rp 7,72 triliun pada kuartal satu tahun 2017 menjadi Rp 7,78 triliun di kuartal yang sama tahun 2018.

Sebelumnya, Presiden Direktur Lippo Cikarang, Ivan Budiono, pernah menyebutkan bahwa penurunan sejumlah indikator keuangan itu tak lepas dari melemahnya pasar properti Indonesia. "Meski demikian, dengan proyek Meikarta sebagai kota modern, terindah, dan terlengkap fasilitasnya, Lippo Cikarang memiliki proyek yang berkesinambungan untuk pertumbuhan masa depan," kata Ivan dalam siaran pers yang dikutip pada Selasa, 24 April 2018.

Ivan menyebutkan sepanjang tahun lalu pendapatan dari hunian dan apartemen itu sebesar Rp 1,12 triliun, atau menyumbang 75 persen dari total pendapatan Lippo Cikarang. Pendapatan dari komersial dan ruko Rp 54 miliar, menyumbang 4 persen terhadap total pendapatan, sedangkan dari industri Rp 33 miliar, menyumbang 2 persen dari total pendapatan.

Lippo Cikarang diketahui adalah pengembang kawasan perkotaan yang memiliki lahan seluas lebih dari 3.400 hektare dengan kawasan industri sebagai basis ekonomi. Selain tengah membangun Proyek Meikarta, perusahaan ini tercatat telah membangun lebih dari 14 ribu hunian, dengan penghuni 51.250 orang dan 500.500 orang yang bekerja setiap hari di sekitar 1.200 perusahaan manufaktur yang tersebar di kawasan industri Lippo Cikarang.

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]