Home | News & Opinion | Market Data  
Markets | Commodities

Wednesday, October 24, 2018 08:53 WIB

Saudi Siap Amankan Pasokan Global, Penurunan Minyak Berlanjut

Ipotnews - Harga minyak melanjutkan pelemahan di pasar Asia, Rabu pagi, ketika minyak anjlok lima persen, setelah Arab Saudi mengatakan akan mengatasi gangguan pasokan dari sanksi Amerika yang menargetkan sektor perminyakan Iran mulai bulan depan.

Minyak mentah Brent, patokan internasional, berada di posisi USD76,37 per barel pada pukul 0031 GMT, tujuh sen di bawah penutupan terakhir, demikian laporan Reuters, di Singapura, Rabu (24/10).

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut 12 sen menjadi USD66,31 per barel.

Pelemahan ini terjadi setelah Brent ditutup merosot 4,3 persen dan WTI -4 persen di sesi sebelumnya.

Menteri Energi Saudi, Khalid al-Falih, mengatakan dalam konferensi di Riyadh bahwa pasar minyak berada di "tempat yang baik" dan dia berharap produsen minyak akan menandatangani kesepakatan pada akhir tahun ini untuk memperluas kerja sama guna memantau dan menstabilkan pasar.

"Kami akan memutuskan apakah ada gangguan dari pasokan, terutama dengan berlakunya sanksi Iran," tutur Falih. "Kemudian kita akan melanjutkan dengan pola pikir yang kita miliki saat ini, yaitu untuk memenuhi permintaan guna memastikan pelanggan tetap puas."

"Harga minyak turun secara substansial...setelah Arab Saudi merilis jaminan bisa memasok lebih banyak ke pasar global," ujar Rivkin Securities dari Australia.

Di luar janji Arab Saudi, harga minyak juga terbebani oleh masalah perekonomian.

Indeks ekuitas Kospi-100 Korea Selatan jatuh hampir 19 persen selama setahun terakhir, tingkat penurunan tercepat sejak krisis keuangan 2008/2009.

Kospi-100 berkorelasi erat dengan pertumbuhan dalam perdagangan internasional, mengingat orientasi ekspor ekonomi Korea Selatan yang kuat, sehingga penurunan tersebut menunjukkan perlambatan dalam perdagangan global.

Di Amerika Serikat, persediaan minyak mentah komersial naik 9,9 juta barel dalam pekan hingga 19 Oktober menjadi 418,4 juta, menurut kelompok industri American Petroleum Institute, Selasa.

Morgan Stanley mengatakan "tren baru-baru ini dalam margin penyulingan, rentang waktu dan persediaan menunjukkan pelemahan di pasar minyak."

Meski begitu, Morgan Stanley mengatakan "kami masih melihat Brent mencapai USD85 per barel pada akhir tahun" karena sanksi Iran diperkirakan memperketat pasar menjelang akhir tahun. (ef)

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]