Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | Economy

Wednesday, March 22, 2017 19:49 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Belum Dongkrak Kinerja Perbankan Indonesia: Fitch

Ipotnews - Fitch Rating menilai, kecenderungan peningkatan perekonomian Indonesia bisa memperkuat kinerja perbankan dalam jangka menengah. Kendati demikian, kualitas aset dan profitabilitasnya masih berpotensi berada dalam tekanan hingga beberapa kuartal ke depan.

Fitch menegaskan, outlook negatif masih membayangi sektor perbankan di tengah melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kami ekspektasikan pertumbuhan PDB riil akan meningkat menjadi 5,3% pada 2017, dari 5,0% pada 2016, didorong oleh peningkatan investasi publik dan efek yang tertunda dari pelonggaran kebijakan moneter sebelumnya," tulis Fitch, dalam rilisnya hari ini (22/3).

Fitch meyakini, pembaharuan reformasi struktural akan mendukung investasi bisnis, dan tekanan penurunan di sektor komoditas kian memudar. Tantangan operasional perbankan seharusnya berkurang secara bertahap seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian.

"Kami mengekspektasikan sejumlah sinyal stabilisasi pada kinerja bank pada 2017. Permintaan pinjaman sejauh ini masih tetap lemah pada 2017, namun akan sedikit meningkat pada akhir tahun."

Di sisi lain, Fitch juga memperkirakan, penurunan keuntungan sudah mencapai titik terendah, meskipun biaya kredit masih tetap tinggi. "Return on asset (ROA) perbankan besar cenderung mendatar, sekitar 1,8%, lebih rendah dari sebelum kolapsnya harga komoditas, namun masih tinggi dibanding kondisi perbankan di level regional," papar Fitch, seperti dikutip Reuters.

Namun demikian, perbankan Indonesia menghadapi sejumlah risiko jangka pendek yang masih bisa memberi tekanan pada kinerja perbankan pada tahun ini. "Dari sisi eksternal, siklus pengetatan kebijakan Federal Reserve AS - yang kami ekspektasikan akan menaikkan suku bunga lebih dari dua kali pada tahun ini - menciptakan ketidakpastian stabilitas rupiah," imbuh Fitch.    

Kondisi rupiah yang lemah, akan mempersulit para pengutang domestik untuk mencicil utangnya dalam mata uang asing, yang mencapai sekitar 15% dari pinjaman bank. Risiko terbesar domestik, menurut Fitch, adalah sejumlah besar pinjaman yang sudah direstrukturisasi.

Sebagian besar utang hasil restrukturisasi itu menggunakan skema perpanjangan masa pembayaran, sehingga kondisi gagal bayar pada utang-utang tersebut, dan kaitannya dengan dampak penurunan sektor komoditas bisa menambah tekanan terhadap rasio kredit bermasalah (NPL). "Rata-rata rasio NPL di perbankan cenderung tinggi, mencapai 3,0 persen," tulis Fitch. (kk)

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]