Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | Markets | Bonds

Thursday, October 26, 2017 17:08 WIB

Peningkatan Yield Obligasi Indonesia Paling Tinggi Pada Oktober 2017

JAKARTA. Peningkatan yield surat utang pemerintah Indonesia sepanjang Oktober 2017 menjadi yang tertinggi di antara negara-negara Asia lainnya yang dipantau Asian Bonds Online, ditengarai karena tingginya aksi jual investor asing di surat berharga negara atau SBN tradeable.

Berdasarkan data Asian Bonds Online Kamis (26/10) pukul 13:30 waktu Manila, 9 dari 10 surat utang pemerintah negara-negara di Asia untuk tenor 10 tahun meningkat sepanjang bulan ini atau month to date/mtd.

Hanya surat utang milik pemerintah Vietnam saja yang turun, yakni sebesar 3,8 bps mtd ke level 5,536%.

Di antara 9 negara itu, peningkatan yield Surat Utang Negara (SUN) Indonesia menjadi yang tertinggi, mencapai 33 bps mtd menjadi 6,827%. Di urutan kedua setelah Indonesia yakni Hong Kong, itu pun hanya naik 16,5 bps mtd menjadi 1,877%.

Selanjutnya, Filipina meningkat 14 bps mtd menjadi 4,749%, Korea Selatan meningkat 13,6 bps mtd menjadi 2,506%, Singapura meningkat 12,4 bps mtd menjadi 2,276%, dan sisanya berkisar antara 0,2 bps mtd hingga 8,4 bps mtd.

Peningkatan yield surat utang negara-negara Asia ini terjadi seiring meningkatnya yield surat utang Amerika Serikat. Asian Bonds Online mencatat peningkatan yield surat utang Amerika Serikat tenor 10 tahun secara mtd mencapai 9,8 bps ke level 2,432%.

Anil Kumar, fixed income analyst Ashmore Asset Management Indonesia, mengatakan bahwa tingginya peningkatan yield SUN Indonesia dibandingkan negara-negara Asia lainnya pada bulan ini tidak terlepas dari faktor tingginya kepemilikan asing di SBN tradeable.

Adapun, pada akhir September lalu, kepemilikan asing pada SBN tradeable mencapai 40,03% dari total outstanding SBN tradeable Rp2.046,93 triliun. Hal ini menyebabkan pasar obligasi Indonesia rentan terkoreksi ketika terpapar sentimen eksternal yang mendorong pelemahan rupiah.

Anil mengatakan, Indonesia saat ini berada pada posisi keempat di antara negara-negara yang mengalami pelemahan mata uang terhadap dollar secara year to date/ytd, meskipun pelemahanannya masih kurang dari 1%.

Pelemehan tertinggi dialami Argentina 9,2%, lalu Turki 6,8%, dan Afrika Selatan 3,2%. Padahal, kinerja ekonomi Indonesia lebih baik di antara negara-negara itu. Sementara itu, sejumlah negara lain di Asia mengalami penguatan mata uang, seperti India menguat 4,7%, Malaysia 6%, dan Singapura 6,3%.

Pelemahan rupiah menyebabkan investor asing di pasar SBN Indonesia cukup panik dan memutuskan menjual kepemilikannya. Karena porsi kepemilikannya yang besar dan cenderung menjadi penggerak pasar, langkah investor asing ini menyebabkan tekanan terhadap pasar SBN.

"Ketika investor asing jual, problemnya adalah investor dalam negeri yang biasanya menjadi pembelinya itu cenderung menginginkan imbal hasil yang tinggi. Kalau imbal hasil tinggi, baru mereka mau masuk ke pasar, sehingga mau tidak mau asing lepas dengan imbal hasil tinggi," ungkapnya, Kamis (26/10/2017).

http://market.bisnis.com/read/20171026/92/703372/peningkatan-yield-obligasi-indonesia-paling-tinggi-pada-oktober-2017

 

 

Sumber : BISNIS.COM

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]