Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | Politics

Monday, August 27, 2018 14:58 WIB

Pemilu Tak Akan Cegah Kenaikan Suku Bunga: Bank Indonesia

Ipotnews – Dalam menghadapai tekanan pelemahan rupiah, Bank Indonesia tidak akan membiarkan pemilihan presiden maupun pemilu mendatang menjadi penghambat kenaikan suku bunga, jika memang diperlukan.

Deputi Gubernur BI, Budi Waluyo menegaskan, BI adalah lembaga independen dan kebijakannya akan ditentukan oleh data ekonomi. BI telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali sejak Mei lalu untuk membantu menstabilkan rupiah. Termasuk kenaikan 24 basis poin pada Agustus ini yang dinilai mengejutkan.

"Terakhir kali kenaikan suku bunga acuan, misalnya, tidak didorong oleh desakan pemerintah atau yang lain," kata Budi. "Itu berdasarkan hasil perhitungan Bank Indonesia. Jika kami melihat, inilah saat yang tepat untuk menaikkan suku bunga, akan kami lakukan," kata Budi, sperti dikutip Bloomberg, Senin (27/8).

Dengan kondisi Indonesia yang tengah terseret tekanan pelemahan emerging market global, Presiden Joko Widodo semakin fokus pada stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga inflasi agar tetap terkendali. Jelang pemilihan presiden tahun depan, sepanjang tahun ini nilai tukar rupiah sudah melorot sekitar 7 persen terhadap dolar. Bahkan menduduki peringkat kedua kinerja mata uang terburuk di Asia.

Bank sentral telah, "memperhitungkan semua risiko, termasuk yang terkait dengan pemulihan presiden dan pemilihan kepala daerah," ujar Budi. "Selama ini, kami telah memperhitungkan faktor pemilu dalam memformulasikan kebijakan moneter kami," ia menambahkan.

BI menilai masih ada ruang untuk menaikkan suku bunga acuan, "karena tekanan global masih berlangsung," papar Budi. BI memperkirakan, Federal Reserve AS masih akan menaikkan suku bunga dua atau tiga kali lagi pada tahun ini, dan dua kali pada tahun depan.

Langkah kebijakan di masa mendatang, kata Budi, akan "bergantung pada data dan kami akan melakukannya dengan cara yang terukur."

BI telah mengeruk cadangan devisa lebih dari 10 persen tahun ini untuk menghentikan pelemahan rupiah. Berlanjutnya tekanan, akan memungkinkan rupiah untuk, "terdepresiasi secara bertahap sepanjang masih sejalan dengan fundamentalnya," kata Waluyo. (Bloomberg/kk)

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]