Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | Oilgas

Monday, October 22, 2018 13:49 WIB

Pasar Diprediksi Mengetat Akibat Sanksi Iran, Brent Melejit

Ipotnews - Harga minyak Brent naik kembali melampaui USD80 per barel, Senin petang, karena pasar diperkirakan mengetat setelah sanksi Amerika terhadap ekspor minyak mentah Iran diimplementasikan bulan depan.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, berada di posisi USD80,26 per barel pada pukul 06.46 GMT, menguat 48 sen, atau 0,6 persen, di atas penutupan terakhir, demikian laporan Reuters, di Singapura, Senin (22/10).

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), bertambah 48 sen atau sekitar 0,7 persen menjadi USD69,60 per barel.

Sanksi Amerika terhadap sektor perminyakan Iran, produsen terbesar ketiga di tubuh Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC), akan dimulai pada 4 November. Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump berupaya mengurangi ekspor minyak Iran menjadi nol untuk memaksa negara itu guna menegosiasikan kembali kesepakatan program nuklirnya.

Menteri Keuangan Amerika, Steven Mnuchin, Minggu, mengatakan akan lebih sulit bagi sejumlah negara untuk mendapatkan keringanan sanksi dibandingkan selama pemerintahan sebelumnya, ketika beberapa negara, terutama di Asia, menerimanya.

Juni lalu, OPEC sepakat untuk meningkatkan pasokan guna menutupi gangguan terhadap ekspor Iran.

Namun, dokumen internal yang dicermati Reuters menyatakan OPEC sedang berjuang untuk menambah barel karena peningkatan pasokan Saudi diimbangi oleh penurunan di tempat lain.

Fatih Birol, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA), Senin, mengatakan produsen lain mungkin berjuang untuk sepenuhnya mengatasi gangguan Iran, dan harga minyak bisa naik lebih lanjut.

Sejumlah bantuan mungkin datang dari Amerika Utara, di mana pengeboran Amerika menambahkan empat rig minyak dalam pekan hingga 19 Oktober, sehingga jumlah total menjadi 873 unit, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes, Jumat, meningkatkan jumlah rig ke level tertinggi sejak Maret 2015.

Jumlah rig AS adalah indikator awal dari output di masa mendatang. Dengan peningkatan aktivitas setelah berbulan-bulan stagnan, produksi minyak mentah Amerika juga diperkirakan terus meningkat.

Mencerminkan meningkatnya ekspor minyak mentah Amerika, Intercontinental Exchange mengatakan bahwa kontrak berjangka minyak mentah Permian West Texas Intermediate yang baru di Houston, Texas, mulai diperdagangkan Senin.

Selain itu, potensi peningkatan pasokan minyak, sengketa perdagangan China-Amerika yang sedang berlangsung diperkirakan mulai menekan permintaan.

"Dampak penuh perang perdagangan AS-China akan memukul pasar pada 2019 dan dapat bertindak sebagai hambatan besar terhadap permintaan minyak tahun depan, meningkatkan kemungkinan pasar kembali surplus," ungkap Emirates NBD.

Perusahaan broker pengiriman Eastport mengatakan "manufaktur China mulai melambat" dan "usulan Trump untuk memberikan tarif tambahan terhadap barang-barang China mulai 1 Januari akan menjadi hambatan lebih lanjut pada perdagangan."

K.Y. Lin, juru bicara Formosa Petrochemical Corp, Taiwan, pengilangan bahan bakar, mengatakan "melemahnya permintaan di Eropa dan Amerika" sudah mempengaruhi margin keuntungan bensin karena kelebihan bahan bakar dikirim ke Asia. (ef)

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]