Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | Oilgas

Monday, October 22, 2018 08:46 WIB

Minyak Dunia Relatif Stabil Jelang Dimulainya Sanksi Ekspor Iran

Ipotnews - Harga minyak relatif stabil, Senin pagi, didukung oleh kekhawatiran pasokan menjelang dimulainya sanksi Washington terhadap ekspor minyak mentah Iran, tetapi tertahan oleh meningkatnya aktivitas pengeboran di Amerika Serikat.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, diperdagangkan di posisi USD79,74 per barel pada pukul 00.42 GMT, 4 sen di bawah penutupan terakhir, demikian laporan Reuters, di Singapura, Senin (22/10).

Patokan Amerika, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melemah lima sen menjadi USD69,07 per barel.

Sanksi Amerika terhadap ekspor minyak Iran akan dimulai 4 November.

Sementara itu, Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC), Juni lalu, setuju untuk meningkatkan pasokan guna mengatasi gangguan dari Iran, menurut dokumen internal disebutkan OPEC sedang berjuang untuk menambah pasokan ke pasar karena peningkatan pasokan Arab Saudi diimbangi oleh penurunan di Iran, Venezuela dan Angola.

Para trader mengatakan konsumen minyak utama menimbun untuk mengantisipasi gangguan lebih lanjut.

"Di China, permintaan musiman yang lebih tinggi dan penimbunan yang dicurigai terjadi, sementara sama halnya Amerika dan OECD terus meningkatkan stok menjelang gangguan pasokan potensial musim dingin ini," kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan untuk Asia/Pasifik Oanda di Singapura.

Meski begitu, Innes mengatakan pasokan minyak global secara keseluruhan saat ini cukup untuk memenuhi permintaan.

"Kendati keseimbangan pasokan-permintaan tetap rapuh...Brent tetap dalam pasokan jangka pendek yang baik meski ketidakpastian meningkat tentang gangguan pasokan," ujar dia.

Ada juga beberapa tanda-tanda peningkatan output, terutama di Amerika Utara.

Perusahaan pengeboran Amerika menambahkan empat rig minyak dalam pekan hingga 19 Oktober, sehingga jumlah total menjadi 873, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes, Jumat, meningkatkan jumlah rig ke level tertinggi sejak Maret 2015.

Jumlah rig AS adalah indikator awal dari output di masa mendatang. Dengan aktivitas menggeliat kembali lagi setelah berbulan-bulan stagnan, produksi minyak mentah Amerika juga diperkirakan terus meningkat.

Melihat lebih jauh, kekhawatiran bahwa perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan China akan menghambat pertumbuhan ekonomi dapat membebani prospek harga minyak.

"Dampak penuh perang perdagangan AS-China akan memukul pasar pada 2019 dan bisa menjadi hambatan besar terhadap permintaan minyak tahun depan, meningkatkan kemungkinan pasar kembali jadi surplus," tutur Emirates NBD. (ef)

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]