Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | Politics

Tuesday, April 24, 2018 20:19 WIB

Maraknya Berita Hoax Ancam Iklim Investasi Di Indonesia

Ipotnews - Industri digital yang memanfaatkan jaringan internet menjadi celah bagi para hacker dan penyebar isu sesat (hoax). Hasil simulasi data Polri mengindikasikan, potensi ekonomi dari penyebaran berita atau konten hoax mencapai Rp300 miliar per hari.

Direktur Layanan informasi Internasional, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Ditjen IKP), Kementerian Komunikasi dan Informatika, Selamatta Sembiring mengatakan, besarnya nilai ekonomi yang dihasilkan dari aktivitas terlarang ini sangat membahayakan bagi iklim investasi nasional.

Berita hoax yang berujung pada konflik argumen dapat memicu stabilitas nasional yang pada akhirnya akan berimbas pada situasi ekonomi, politik dan budaya. Pada akhirnya akan perpengaruh pada iklim investasi nasional.

"Penyebaran berita hoax bisa meraup keuntungan, setiap kali berita bombastis (clickbait) diklik, maka pemilik situs bisa mendapat keuntungan dari iklan, ini berbahaya bagi stabilitas ekonomi," kata Selamatta di Jakarta, Senin (24/4).

Selamatta mengungkapkan, jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai sekitar 132,7 juta orang dari total penduduk sekitar 265,4 juta. Pengguna aktif media sosial di Indonesia sekitar 130 juta, pengguna handphone sekitar 177,9 juta, dan pengguna aktif media sosial di handphone sekitar 120 juta.

Selain itu, pengakses Youtube di Indonesia ada sekitar 43 persen, Facebook sekitar 41 persen, Whatsapp 40 persen, Instagram 38 persen, Line 33 persen, BBM 28 persen, Twitter 27 persen, google+ 25 persen, FB Messenger 24 persen, Linkedin 16 persen, Skype 15 persen dan Wechat 14 persen.

Berkaitan dengan persoalan hoax, Selamatta menambahkan, lini massa Twitter menduduki tingkat tertinggi untuk media penyebaran isu berita hoax yakni 104.375 cuitan. Sementara untuk di negara lain seperti AS sebanyak 68.494 cuitan padahal AS sebagai negara pengguna twitter terbanyak di dunia.

"Yang dilakukan Kominfo, kita take down, kita bekukan situsnya (penyebar hoax) dan polisi menangkap dan memproses pelakunya. Tapi itu tidak akan efektif kalau nggak dibarengi hulu yaitu media literasi," ujarnya. (Marjudin)

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]