Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | MYOH

Friday, August 31, 2018 10:32 WIB

Laba Bersih MYOH Semester I 2018 Melonjak 139 Persen

Ipotnews - PT Samindo Resources Tbk (MYOH) membukukan laba bersih naik sebesar 139 persen menjadi USD13,23 juta dari sebelumnya USD5,54 juta dibandingkan semester I 2017 (year-on-year/yoy).

Catatan kenaikan tersebut dikontribusikan oleh anak-anak usahanya seperti PT SIMS Jaya Kaltim memberikan kontribusi sebesar USD79,4 juta atau setara Rp1,13 triliun. PT SIMS Jaya Kaltim menjadi kontributor utama kepada PYOH dengan total 71 persen setara USD111,82 juta  terhadap pendapatan induk usahanya.

Sementara sisa pendapatan Samindo dikontribusi oleh tiga anak usaha yang lain, yaitu PT Transindo Murni Perkasa dan PT Samindo Utama Kaltim sebesar 28 persen atau sekitar USD31,3 juta dan PT Mintec Abadi 1 persen atau setara USD1,12 juta.

"Peningkatan laba bersih Samindo pada periode Januari-Juni 2018 ditopang kenaikan pendapatan sebesar 30 persen dari USD86,32 juta menjadi USD111,82 juta, ini juga diperoleh karena kegiatan efisiensi pada berbagai lini bisnis perusahaan," ujar Presiden Direktur Samindo Resources Kim Jung Gyun dalam rilisnya, Jumat (31/8).

Dengan catatan yang baik ini, Kim meyakini hingga akhir tahun PYOH kinerja keuangan tetap positif. Diharapkan sampai akhir tahun dapat membukukan pendapatan sebesar USD250 juta dan nett profit sebesar USD22 juta.

Kim mengatakan, sejak awal 2018 manajemen Samindo telah memberikan arahan kepada seluruh karyawan terkait potensi tantangan dan ancaman yang mungkin terjadi sepanjang tahun ini. Salah satunya yaitu kenaikan harga harga bahan bakar minyak (BBM) yang telah dimulai dari akhir 2017 menjadi ancaman utama, terlebih bahan bakar merupakan komponen utama dalam kegiatan pertambangan.

"Kenaikan harga BBM juga berpotensi memicu kenaikan pada komponen biaya lainnya, seperti subkontraktor dan biaya suku cadang," kata dia.

Sementara itu terkait dengan pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD), Kim mengatakan ada pengaruhnya terhadap perusahaan. Pasalnya pendapatan PYOH dicatat dalam mata uang rupiah. Sehingga ketika terjadi pelemahan rupiah yang semakin dalam, potensi kerugian pendapatan perusahaan juga semakin besar.

"Kami telah melakukan beberapa langkah antisipasi untuk meredam berbagai potensi ancaman kenaikan biaya, terutama yang berkaitan dengan kegiatan operasional," tukas dia.

 

(Marjudin)

 

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]