Home | News & Opinion | Market Data  
Tips

Monday, November 02, 2015 19:23 WIB

Kiat dan Strategi Berinvestasi Pada Reksa Dana

Saat ini tren berinvestasi terus mengalami kenaikan walaupun belum secara signifikan. Namun sudah terlihat perbaikan dari masa sebelumnya, sehingga saat ini masyarakat sudah mulai mengenal beberapa pilihan investasi, diantaranya Reksa Dana yang sudah mulai akrab di telinga. Dalam kesempatan ini kita akan membahas sekilas mengenai apa itu Reksadana? Bagaimana kiat dan strategi dalam berinvestasi di Reksa Dana.

Apa itu Reksa Dana ?

Reksa Dana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek yang dapat berupa saham, obligasi dan instrumen pasar uang oleh tenaga profesional yang disebut Manajer Investasi.

Ada 4 jenis Reksa Dana yang dibedakan berdasarkan portofolio efek yang dimilikinya yaitu :

- Reksa Dana Pasar Uang, dimana alokasi asetnya ditempatkan pada instrumen pasar uang atau obligasi dengan masa jatuh tempo kurang dari 1 tahun.
- ReksaDana Pendapatan Tetap, dimana alokasi asetnya ditempatkan minimal 80% pada obligasi/surat utang.
- Reksa Dana Saham, dimana alokasi asetnya ditempatkan minimal 80% pada saham.
- Reksa Dana Campuran, dimana alokasi asetnya ditempatkan kombinasi pada 3 instrumen efek di atas.

Siapa yang cocok berinvestasi dalam Reksa Dana?

Jawaban untuk hal ini sangat mudah. Reksa Dana cocok bagi pemodal pemula maupun yang sudah profesional.

Bagi pemodal pemula, reksa dana merupakan pilihan yang tepat mengingat beberapa hal di bawah ini :
- Berinvestasi dalam reksa dana tidak perlu modal yang besar (terjangkau)
Saat ini untuk berinvestasi pada reksa dana bisa dilakukan hanya dengan Rp. 100.000, hingga nominal besar. Tentunya hal ini harus dicek di prospektus reksa dana yang akan dibeli mengenai ketentuan nilai minimal pembelian reksa dana. Waktu pembelian dapat diatur dan disesuaikan dengan kemampuan pemodal. Hal ini juga berlaku bila pemodal ingin melakukan penambahan dana investasi (top up).

- Reksadana tergolong investasi yang aman, mudah dan terdiversifikasi.
Dalam pengelolaan reksa dana sudah terdapat dasar pengaturan KIK/OJK untuk hal tersebut dengan melakukan diversifikasi guna memperkecil resiko yang ada. Diversifikasi yang dilakukan adalah membagi alokasi aset ke dalam beberapa jenis efek sehingga tidak difokuskan pada satu jenis efek saja. Dan untuk likuiditas, reksa dana tergolong investasi yang likuid karena setiap pemodal dapat mencairkan dananya kapan saja yang akan disesuaikan dengan ketentuan umum reksa dana yang berlaku.

- Transparan , Kepemilikan yang jelas dan dikelola tenaga ahli.
Dalam setiap transaksi pembelian, penjualan dan lain‐lain di dalam reksa dana, pemodal mendapatkan laporan yang jelas dari Bank Kustodian yang berfungsi sebagai penyimpan asset reksadana, sehingga semua data dapat mudah didapat dan transparan. Selain itu reksa dana juga dapat memberikan kenyamanan berinvestasi karena kepemilikannya langsung atas nama pemodal dan tidak dapat dipindah‐tangankan atau dicairkan tanpa instruksi dari pemodal. Reksa dana dikelola oleh Manajer Investasi yang berpengalaman dalam mengelola resiko investasi.

Sedangkan untuk pemodal yang sudah profesional, selain faktor‐faktor tersebut di atas, mereka hanya perlu memantau pasar terlebih dahulu melalui indikator indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks harga Obligasi Gabungan (ICBI) untuk menentukan timing in maupun out  dana yang akan diinvestasikan. Walaupun pada kenyataannya agak sulit untuk menentukan titik terendah atau tertinggi secara persis dan konsisten setiap saat.

Apa syarat untuk membeli Reksa dana dan dimana membelinya ?
Untuk membeli reksa dana, bagi pemodal pribadi hanya dibutuhkan KTP dan rekening tabungan serta dokumen lain sesuai persyaratan yang berlaku. Dan untuk membeli produk reksa dana dapat dilakukan melalui :

1. Langsung ke Manajer Investasi
2. Melalui Agen Penjual Reksadana baik secara on line (market place) maupun off line (cabang bank, sekuritas).

Apa saja resiko terbesar dalam berinvestasi di Reksa dana?
Resiko dalam berinvestasi pada reksa dana lebih pada perolehan return. Tidak selamanya reksa dana memberikan return sesuai harapan pemodal, karena return tergantung dari kondisi pasar modal. Kekecewaan sering terjadi kepada pemodal yang berinvestasi dengan tenor yang pendek namun mengharapkan return yang tinggi.

Setiap jenis reksa dana memiliki tenor investasi minimal untuk mendapatkan return yang maksimal.
- Jangka pendek (1-3 tahun) dapat ditempatkan pada reksa dana pasar uang.
- Jangka pendek (3 - 5 tahun) dapat ditempatkan pada reksa dana pendapatan tetap.
- Jangka menengah ( 5 - 10 tahun) dapat ditempatkan pada reksa dana campuran.
- Jangka panjang (> 10 tahun) dapat ditempatkan pada reksa dana saham.

Adakah Strategi Investasi yang terbaik dalam membeli Reksa dana?
Pada dasarnya dalam berinvestasi pada Reksa dana dikenal 3 cara umum yang digunakan oleh pemodal yaitu :

1. Market Timing
Pemodal biasanya mencoba memprediksi pergerakan pasar dengan memperhatikan indikator seperti pergerakan IHSG dan pergerakan imbal hasil obligasi. Dimana pemodal berusaha membeli dengan harga termurah dan menjual kembali di saat pasar menunjukan kinerja yang baik. Jadi singkatnya pemodal berusaha menentukan titik terendah harga dan menjual kembali di titik tertinggi untuk mendapatkan keuntungan.

2. Regular Investing (Investasi berkala berdasarkan periode tertentu misalnya bulanan)
Pemodal berinvestasi secara berkala pada periode waktu yang ditentukan dan tidak dipengaruhi oleh pergerakan pasar. Strategi ini cocok untuk pemodal yang tidak memiliki waktu khusus untuk melakukan analisa pergerakan pasar.

3. Lumpsum
Melakukan investasi dalam sekali investasi saja dan biasanya dalam jumlah besar dan ditahan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Konsisten dan taat tidak keluar dari pasar meskipun mengalami kenaikan ataupun penurunan.

Setelah dilakukan simulasi atas ke tiga strategi tersebut di atas (lihat Lampiran) dapat disimpulkan bahwa setiap strategi tetap memiliki kekurangan dan kelebihannya masing‐masing. Pada kondisi pasar yang sedang menurun, strategi market timing lebih unggul dari dua strategi lainnya. Sementara pada kondisi pasar naik, strategi lumpsum lebih baik dibandingkan lainnya. Dan ternyata permasalahan yang ada adalah tidak ada satu orangpun yang bisa memprediksi dengan pasti kapan pergerakan pasar mencapai titik terendah dan tertingginya, karena kondisi pasar modal sangat dinamis.

Oleh karena hal tersebut, maka strategi berinvestasi reksa dana yang tepat adalah disesuaikan kembali dengan tujuan investasi dari pemodal. Setelah itu melakukan analisa resiko yang dapat diterima oleh pemodal untuk menentukan jenis reksa dana yang akan dibeli. Dan sisanya adalah kedisiplinan dalam berinvestasi dimana kedisiplinan tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti strategi investasi secara berkala. Karena pada prinsipnya investasi yang baik memerlukan waktu dan tidak akan bisa berhasil dalam sekejap mata.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berinvestasi pada reksadana sangat mudah sehingga jangan ragu untuk mencoba dan mempelajari reksadana dan tentunya mulai melakukan aksi nyata dengan berinvestasi pada reksa dana. Enjoy Reksa Dana , "Pahami, Nikmati".

Penulis : Endang Triandini Indriasari, Head of Marketing and Alliance

Lampiran:

Keunggulan & Kelemahan Strategi Lumpsum atau Berkala ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan simulasi pada rentang waktu Januari 2008 hingga Desember 2010.
IHSG diasumsikan sebagai NAV/ Unit dari sebuah reksa dana saham dan selanjutnya pembelian unit penyertaan reksa dana disimulasikan dengan kedua strategi.
Pemilihan rentang waktu untuk melihat perbedaan di antara kedua strategi tersebut untuk Kondisi Bearish (menurun), Recovery (Pemulihan), dan Bulish (Naik)



Simulasi Strategi Investasi 2008 - Bearish



Pada kondisi bearish (pasar menurun) investasi secara berkala lebih unggul daripada lumpsum

Simulasi Strategi Investasi 2008 - 2009 : Recovery



Pada kondisi Recovery (pasar pemulihan) investasi secara berkala lebih unggul daripada lumpsum

Simulasi Strategi Investasi 2010 : Bulish



Pada kondisi bullish (pasar naik) strategi investasi secara sekaligus (Lumpsum) lebih unggul. Strategi Investasi Secara

Sekaligus vs Berkala Pada Kondisi Pasar Berbeda



Strategi Investasi secara sekaligus atau berkala memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing sesuai dengan kondisi pasar.

Dari simulasi data IHSG periode Jan 2008 - Des 2010, secara historis dalam berbagai Kondisi pasar strategi investasi secara berkala lebih unggul.(*)

Source Data IHSG : Infovesta

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]