Home | News & Opinion | Market Data  
Tips

Thursday, November 05, 2015 15:30 WIB

Inilah Jalan Terbaik Memilih Reksadana

Ipotnews - Mungkin kita semua pernah mendengar pernyataan, "kinerja masa lalu tidak menjamin return di masa mendatang. Tetapi mencermati sebut saja 401 ribu produk reksadana, sulit mengabaikan orang-orang yang telah hancur dalam kompetisi pada tahun-tahun ini.

Dalam 1 level, masuk akal bahwa return reksadana satu tahun atau 5 tahun cenderung sangat berbobot. Kecuali para investor punya waktu dan sarana untuk menyelidiki setiap isi efek portfolio yang mereka miliki. Mereka (investor) cenderung mengandalkan informasi yang tepat di ujung jari.

Tetapi secara historical, apakah suatu indikator hasil return yang baik? Sebuah studi yang mencermati data reksadana selama periode 16 tahun menemukan bahwa 7,8% dari 100 fund manager top pada suatu tahun tertentu mempertahankan perbedaan pada tahun berikutnya.

Sebuah laporan terpisah oleh S&P menunjukkan bahwa hanya 21,2% saham domestik berada di deretan teratas di tahun 2011 tetap ada di sana pada tahun berikutnya. Serta sedikit lebih dari 7% tetapi dalam deretan teratas dua tahun kemudian. 

 
Sering Tidak Berulang
Mengapa hasil masa lalu tidak dapat diandalkan? Haruskah memberi bintang fund manager yang mampu mereplikasi kinerja tahun ke tahun?

Tentu saja, beberapa transaksi aktif reksadana mengalahkan pesaing secara sehat fair dalam waktu yang lama. Tetapi ketidakpastian yang melekat pada pasar berarti bahwa pikiran terbaik sekalipun dalam bisnis akan absen juga. 

Suatu studi yang dilakukan perusahaan investment Robert W Baird and Co mencermati fenomena ini. Perusahaan tersebut menemukan bahwa kinerja fund manager yang melampaui pasar dalam rentang 10 tahun, berdasarkan banyak pengalaman, pada rentang 2 atau 3 tahun, kinerja mereka (fund manager) tertinggal.

Kalau Anda mencermati hasil kinerja reksadana baru-baru ini, dan terlihat kinerja yang tidak mengesankan, sulit berkisah jika fund manager buruk memiliki tahun (kinerja) buruk atau fund manager baik memiliki tahun (kinerja) yang buruk.
 
Ada alasan yang lebih mendasar untuk tidak sekadar mengejar return yang tinggi. Kalau Anda beli saham yang (return-nya) lebih dari pasar, sebut saja (harganya) naik dari 20 USD menjadi 24 USD per saham dalam setahun, mungkin hanya punya nilai 21 USD. Suatu saat pasar menyadari bahwa efek tersebut jenuh beli (overbought), lalu terjadi sebuah koreksi dan menempatkan harga pada posisi turun lagi.

Hal yang berlaku sama bagi reksadana yang hanya terdiri dari saham dan obligasi. Jika Anda membeli secara tepat setelah naik tajam, seringkali terjadi bahwa keseimbangan akan membawa (saham itu) kembali terkoreksi turun.

Apa Masalah Sesungguhnya?
Daripada menengok apa yang sudah terjadi di masa lalu, investor akan lebih baik mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi hasil di masa mendatang. Dalam hal ini, Morningstar dapat menolong. Morningstar merupakan salah satu perusahaan riset investasi terkemuka.

Menilik data tahun 1980-an, Morningstar memberikan rating bintang pada tiap-tipa reksadana berdasarkan metode risk adjusted return. Namun penelitian menunjukkan bahwa skor tersebut menunjukkan korelasi kecil dengan keberhasilan di masa yang akan datang.

Karena itu Morningstar memperkenalkan system grade baru berdasarkan 5P yaitu: Process, Performance, People, Parent and Price. Dengan sistem rating baru, bagaimana melihat strategi investasi reksadana, usia perusahaan fund manager, rasio biaya-biaya dan faktor-faktor lainnya yang relevan. Reksadana dalam setiap kategori mendapatkan rating Gold, Silver, Bronze dan Neutral.

Penilaian yang masih muncul apakah metode baru ini akan lebih baik dibanding yang ada. Apapun ini adalah pengakuan pada hasil (kinerja) secara historical oleh mereka sendiri.

Jika terdapat salah satu faktor yang tidak konsisten berkorelasi dengan kinerja yang kuat, itu adalah biaya. Ini menjelaskan popularitas indeks reksadana dan ETF yang dengan biaya jauh lebih rendah -dibandingkan dengan reksadana yang aktif bertransaksi- merupakan cermin dari indeks pasar.

Menurut Vanguard, 68% reksadana dengan valuasi yang besar (kinerjanya) underperform membuntuti patok baku (benchmark) mereka selama 10 tahun terakhir. Apakah ini menunjukkan kompleksitas pergerakan saham mengingat ini adalah sulit bahkan bagi fund manager terampil. Untuk memilih pemenang cukup menyusun kenaikan harga reksadana mereka. 
 
(investopedia.com/daniel kurt)
 


copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]