Antisipasi Berakhirnya Suku Bunga Ultra Rendah di Negara Maju
JAKARTA—Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah mengingatkan semua pihak untuk mengantisipasi membaiknya kinerja ekonomi negara maju, terutama Amerika Serikat yang akan mengakhiri suku bunga ultra-rendah (ultra-low interest rate).
"Bila kebijakan suku bunga ultra rendah benar-benar dihentikan, maka sejumlah resiko perlu diantisipasi," ujarnya seperti dimuat situs resmi Sekretariat Kabinet, Selasa (26/11/2013).
Dia menyebutkan selama ini sejumlah negara berkembang (emerging country) menikmati keuntungan dari penerapan suku bunga ultra rendah di negara-negara maju seperti Bank Sentral Inggris yang menerapkan suku bunga 0,5% atau AS yang mengenakan suku bunga 0,25%.
Akibatnya, menurut Firmanzah, sejak 2009 terjadi aliran arus keuangan dari negara maju ke negara emerging market seperti Brasil, Meksiko, Turki dan Indonesia.
Salain pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan, lanjutnya, pasar keuangan di negara emerging market juga memberikan hasil investasi yang lebih baik dibandingkan dengan negara maju.
Mengutip publikasi Mckinsey Global Institute (MGI), pakar ekonomi Universitas Indonesia ini menyebutkan pembelian obligasi di negara emerging oleh investor asing melonjak dari US$92 miliar pada 2007 menjadi US$264 miliar pada 2012.
"Aliran modal asing juga mengangkat indeks harga saham di banyak negara emergingdan berkembang. Akibatnya, banyak nilai mata uang kelompok negara tersebut yang terapresiasi nilainya akibat derasnya modal asing masuk ke negara-negara tersebut," paparnya.
Firmanzah memperkirakan, kebijakan mengakhiri suku bunga ultra rendah dan tapering off QE III oleh AS akan direspon oleh Bank Sentral di negara emerging dan berkembang dengan meningkatkan suku bunga.
"Hal ini berpotensi menurunkan target pertumbuhan ekonomi, melambatnya investasi dan melemahnya belanja dan konsumsi rumah tangga," tegasnya.
Selain itu, tambahnya, diperkirakan banyak perusahaan non-finansial akan melakukan langkah-langkah efisiensi seiring dengan semakin meningkatnya suku bunga pinjaman.
Dia menambahkan semakin meningkatnya suku bunga di AS juga berpotensi menghentikan aliran modal masuk ke negara emerging market.