Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | Tips

Thursday, August 18, 2016 20:04 WIB

5 Rahasia Reksadana Yang Harus Diketahui Investor

Meskipun reksadana merupakan salah satu instrumen investasi populer, ada sejumlah "rahasia" tentang investasi reksadana yang belum diketahui oleh banyak investor.

Reksadana berkinerja hebat tak selalu memberikan hasil investasi bagus

Salah satu strategi investasi yang umum digunakan banyak investor reksadana adalah mencari ranking reksadana pada akhir tahun, dan memilih empat teratas dari lima reksadana berkinerja terbaik untuk berinvestasi di tahun selanjutnya. Di permukaan, strategi investasi ini terlihat masuk akal dan logis. Tapi ada satu masalah, yaitu strategi ini biasanya tidak bekerja dengan baik. Strategi ini mengabaikan fakta bahwa investasi cenderung siklikal. Contoh, produk reksadana yang meningkat dalam satu tahun seringkali menurun pada tahun berikutnya. Jarang sekali manajer investasi produk reksadana yang dikelola secara aktif akan  mampu secara konsisten mengalahkan pasar secara keseluruhan, secara berkelanjutan.

Menurut studi Standard & Poor’s, kurang dari 10% reksadana berkinerja baik pada 2012 yang mampu bertahan di peringkat 25% reksadana terbaik pada 2014. Dengan kata lain, jika kita berinvestasi di reksadana pada awal 2013 dengan mengacu pada kinerja terbaik reksadana versi tahun 2012, maka 90% kemungkinan bahwa pada akhir tahun 2013 kinerja reksadana tersebut cenderung memburuk. Masih menurut studi tersebut, reksadana tersebut cenderung semakin memburuk pada tahun-tahun berikutnya. Studi menemukan bahwa setelah lima tahun, kurang dari 1% reksadana yang sebelumnya berkinerja terbaik, masih masuk dalam ranking 25% reksadana terbaik.

Fee reksadana bisa lebih tinggi dari yang iiperkirakan

Banyak investor reksa dana tidak memahami akan pentingnya besaran rasio pengeluaran (expensse ratio) dan fee lain pada reksadana, yang akan mempengaruhi potensi keuntungan. Banyak investor yang mengetahui adanya angka rasio pengeluaran sebesar 1% dan mengabaikannya. Ini terjadi karena mereka salah memahami bahwa fee sebesar 1% hanya dikenakan pada berapapun laba yang dapat dihasilkan. Sejatinya, tidak seperti itu cara kerjanya. Fee bukan diterapkan pada keuntungan, tetapi pada total modal investasi investor, yang berarti akan mengambil lebih banyak keuntungan investor, jauh lebih besar dari yang disadarinya.

Contoh, jika seorang investor menginvestasikan $10.000 di reksadana dengan rasio pengeluaran 1%, merepresentasikan fee tahunan sebesar $100. Anggaplah reksadana tersebut menghasilkan keuntungan sebesar 5% dalam setahun, memberikan hasil $500 bagi investor. Maka fee sebesar 1% itu tidak hanya mengurangi keuntungan investor sebesar 1% dari keuntungan sebesar $500, seperti yang salah dimengerti banyak investor. Sejatinya, fee tersebut mencapai 20% dari keuntungan. Jika keuntungan reksadana itu lebih rendah lagi, misal, hanya 2% dalam setahun, maka fee sebesar 1% itu akan memakan hingga separuh dari keuntungan yang diperoleh investor.

Banyak reksadana aktif yang hanya mencontek reksadana indeks

Menurut analis Motley Fool, Dan Dzombak, studi mengungkapkan bahwa sejumlah reksadana yang dikelola secara aktif, pada kenyataannya "sangat mirip" reksadana indeksyang disamarkan sebagai reksadana aktif. Dzombak mengacu pada studi yang dilakukan tahun 2009 dan 2013, yang mempelajari data nilai reksadana selama 20 tahun. Kedua studi menemukan bahwa dalam rentang 20 tahun, terjadi lonjakan besar jumlah reksadana mirip indeks, dari sekitar 10% menjadi 30% dari semua jenis reksadana.

Pada kenyataannya, seleksi saham yang dilakukan manajer investasi "aktif’ banyak yang hanya mencontek  indeks saham acuan, dan protofolio saham reksadana tersebut tidak banyak berbeda dengan reksadana indeks.Ternyata mudah saja untuk melakukannya. Manajer investasi sangat peduli untuk mempertahankan persepsi kinerja yang baik. Salah satu cara untuk melakukannya adalah memastikan bahwa kinerja reksadana yang ia kelola tidak terlalu jauh dari rata-rata kinerja indeks saham yang populer.

Karena fee untuk reksadana yang dikelola secara aktif bisa mencapai 10 hingga 20 persen lebih tinggi dibanding reksadana indeks, investor perlu berhati-hati untuk memastikan bahwa mereka benar-benar mendapatkan jasa manajemen yang aktif sesuai yang dibayarkan.

ETF bisa memberi hasil investasi yang lebih baik

Salah satu kegagalan manajer investasi untuk bersikap terbuka kepada investor reksadana adalah karena perbedaan cara dalam membentuk struktur ETF dibandingkan dengan reksa dana. Secara keseluruhan seringkali ETF memberikan hasl investasi yang lebih baik. Salah satu keuntungan ETF dibandingkan reksadana biasa adalah likuiditasnya yang lebi tinggi. Tidak seperti reksadana saham yang hanya dapat dibeli atau dijual sebesar nilai aset value neto atau NAV pada akhir sesi perdagangan. Saham-saham ETF bebas diperdagangkan sepanjang hari selama sesi perdagangan bursa utama. Keuntungan lain, secara sederhana karena perbedaan konstruksi ETF dan reksadana, adalah fakta bahwa ETF biasanya menciptakan lebih sedikit pajak keuntungan modal bahkan bagi investor.

Contoh; jika sejumlah besar saham ETF ditarik (redeem) pada saat bersamaan, seringkali manajer investasi harus melikuidasi sebagian kepemilikan dananya untuk membayar saham-saham yang di-reedem.Biasanya, tindakan ini menyebabkan adanya keuntungan modal yang dapat dikenakan pajak pada investor reksadana. Jika saham-saham ETF dijual ke investor ETF lainnya, melalui pertukaran, maka tidak terjadi peristiwa yang dapat dikenakan pajak itu. Satu rahasia yang sedikit diketahui tentang investasi reksadana adalah bahwa invetor reksadana yang tidak pernah sekalipun menjual sahamnya masih dapat menjadi subjek kewajiban pajak. Ditambah lagi, rasio biaya ETF pada umunya lebih rendah dibanding rasio biaya reksadana, yang kadang-kadang bisa mencapai 50%.

Reksadana bisa menjadi sarana investasi yang lebih efisien

Satu "rahasia" yang baik tentang reksadana adalah menawarkan cara berinvestasi di pasar ekuitas secara mudah dan efisien karena memungkinkan untuk membeli hanya sebagian saham. Bagi investor dengan rencama keuangan pribadi seperti berinvestasi berkala sebesar $100 per bulan, akan dapat menyederhanakan proses untuk menjalankan rencananya dam dapat melakukan investasi yang lebih efisien. Jika investor berupaya untuk membeli saham individual yang dijual seharaga $60 per lembar, maka dia harus menyisihkan hampir dari separuh rencana investasi bulanannya sebesar $100, atau sebesar $40 hingga bulan berikutnya agar mempunyai modal yang cukup untk membeli tambahan saham. Kondisi tersebut , tak hanya menunda investasi, tapi bisa memberi tambahan biaya jika pada bulan berikutnya harga saham naik dari $60 menjadi $70 per lembar. Reksadana mengatasi persoalan-persoalan tersebut dengan memperkenankn investor membeli sebagian saham, sehingga investor pada contoh kasus ini bisa berinvestasi secara berkala $100 per bulan, tanpa masalah kenaikan harga saham atau penundaan pembelian saham.

Sumber: www.investopedia.com

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]