Stok Amerika Melambung, Harga Minyak Berjangka Melorot
Wednesday, February 05, 2025       14:52 WIB

Ipotnews - Harga minyak melemah, Rabu, karena meningkatnya stok di Amerika dan kekhawatiran pasar tentang perang dagang baru China-AS mengimbangi dorongan baru Presiden Donald Trump untuk menghilangkan ekspor minyak mentah Iran.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 36 sen, atau 0,47%, menjadi USD75,84 per barel pada pukul 14.35 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Rabu (5/2).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), berkurang 26 sen, atau 0,36%, menjadi USD72,44 per barel.
Minyak mentah diperdagangkan dalam kisaran yang luas, Selasa, dengan WTI jatuh pada satu titik sebesar 3%--level terendah sejak 31 Desember--setelah Beijing mengumumkan tarif impor minyak, LNG, dan batu bara Amerika sebagai balasan atas pungutan Washington terhadap ekspor China.
Namun, harga minyak kembali menguat setelah Trump memberlakukan kembali kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran untuk membatasi program nuklirnya yang diterapkan pada masa jabatan pertamanya yang memangkas ekspor minyak mentah Iran menjadi nol.
"Membebani pasar pada sesi Rabu adalah data persediaan minyak mentah AS yang lebih tinggi dari perkiraan," kata Jun Rong Yeap, analis IG.
Stok minyak mentah Amerika melonjak 5,03 juta barel dalam pekan yang berakhir hingga 31 Januari, menurut sumber pasar, mengutip angka dari American Petroleum Institute.
Stok bensin meningkat 5,43 juta barel, dan stok sulingan merosot 6,98 juta barel, API melaporkan, menurut sumber tersebut.
Data persediaan minyak resmi pemerintah Amerika akan dirilis malam ini pukul 22.30 WIB.
Meningkatnya stok minyak mentah dan bahan bakar di Amerika--konsumen minyak terbesar di dunia--menandakan melemahnya konsumsi, menambah kekhawatiran investor tentang dampak tarif terhadap prospek ekonomi global dan permintaan energi.
Dampak tarif balasan China terhadap impor energi AS akan terbatas "mengingat bahwa baik pasokan maupun permintaan global komoditas ini tidak berubah akibat tarif China," kata analis Goldman Sachs.
Kedua negara akan dapat menemukan pasar alternatif, kata catatan itu.
Mengenai Iran, Selasa, Trump memulihkan kampanye "tekanan maksimum"-nya terhadap Iran yang mencakup upaya untuk menekan ekspor minyaknya hingga nol guna menghentikan Teheran memperoleh senjata nuklir.
Kendati Trump mengatakan terbuka terhadap kesepakatan dengan Iran, dia menandatangani memorandum presiden yang memberlakukan kembali kebijakan keras Washington terhadap Iran. Rencana tersebut dapat memengaruhi sekitar 1,5 juta barel minyak per hari yang diekspor negara itu, kata analis ANZ, Rabu, mengutip data pelacakan kapal.
"Tindakan keras terhadap Iran mungkin diperlukan guna menstabilkan sentimen bearish terhadap harga minyak untuk saat ini dan mungkin ada ruang bagi pemulihan lebih lanjut, setidaknya dalam jangka pendek," kata Yeap. (ef)

Sumber : Admin