Sentimen Sehari Jelang Pemilu, Rupiah Ditutup Melemah Tipis
Tuesday, February 13, 2024       15:45 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah ditutup melemah tipis terhadap dolar, karena ketidakpastian yang dikhawatirkan menjelang Pemilu 2024 yang akan berlangsung besok.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (13/2) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp15.603 per dolar AS, melemah 9 poin atau 0,06% dibandingkan Senin sore (12/2) di level Rp15.594 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa rupiah menjelang pesta demokrasi yang akan berlangsung besok. Sentimen pemilu dan pilpres mewarnai pergerakan pasar keuangan, termasuk rupiah.
"Terutama karena pilpres kali ini sangat penting mengingat sekitar 204,81 juta warga Indonesia yang terdaftar memilih akan menentukan siapa presiden Indonesia berikutnya," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, sore ini.
Ada tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang ikut bertarung dalam pilpres 2024 yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Beragam survei menunjukkan jika belum ada satupun calon yang mampu mencatat elektabilitas di atas 50% untuk memenangi pilpres dalam satu putaran.
"Pelaksanaan pilpres satu atau dua putaran ini akan mempengaruhi sentimen investasi, terutama dari investor asing. Pasalnya, belum ada kejelasan mengenai kebijakan yang akan diambil ke depan," ujar Ibrahim.
Menjelang laporan data inflasi AS bulan Januari lalu nanti malam, Federal Reserve Bank of New York pada hari Senin merilis Survei Ekspektasi Konsumen bulan Januari. Hasilnya menunjukkan inflasi satu tahun dan lima tahun dari sekarang tidak berubah pada angka masing-masing 3% dan 2,5%.
"Adapun proyeksi kenaikan inflasi tiga tahun dari sekarang turun menjadi 2,4%, terendah sejak Maret 2020, dari 2,6% pada bulan Desember 2023," jelas Ibrahim.
Perubahan ekspektasi mengenai kapan dan seberapa cepat bank sentral akan menurunkan suku bunga seiring dengan penurunan inflasi merupakan pendorong yang signifikan terhadap pasar mata uang saat ini.
Data ketenagakerjaan yang kuat pada bulan ini sebagian besar telah mengesampingkan kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada bulan Maret. "Pelaku pasar melihat penurunan pada bulan Mei sebagai hal yang lebih mungkin terjadi," pungkas Ibrahim.(Adhitya)

Sumber : admin