Rupiah Melemah Tajam Akibat Ancaman Resesi Global 2023
Wednesday, September 28, 2022       15:44 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah melemah tajam terhadap dolar AS sore ini karena pelaku pasar mencemaskan ancaman resesi global pada tahun 2023.
Mengutip data Bloomberg, Rabu (28/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp15.267 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 143 poin atau 0,95% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Selasa sore kemarin (27/9) di level Rp15.124 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan indeks dolar AS menguat karena pelaku pasar yang gelisah telah mendorong dolar naik ke level tertinggi baru dalam dua dekade terakhir. "Pelaku pasar mencemaskan kenaikan suku bunga acuan global memicu kekhawatiran resesi dunia," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu sore.
Kenaikan dolar tanpa henti terjadi karena benchmark imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik menjadi 4% untuk pertama kalinya sejak 2010, mencapai 4,004%. Imbal hasil untuk tenor dua tahun mencapai 4,2891%.
Federal Reserve telah memimpin kenaikan suku bunga global demi perjuangan melawan lonjakan inflasi. Bahkan baru-baru ini the Fed kembali memberi sinyal kenaikan suku bunga acuan masih akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.
"Pesan itu diperkuat semalam oleh Presiden Fed Chicago Charles Evans, Presiden Fed St. Louis James Bullard dan Presiden Bank Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari, dengan Evans mengatakan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga ke kisaran antara 4,50% dan 4,75%," jelas Ibrahim.
Meningkatnya biaya pinjaman telah mengintensifkan kekhawatiran resesi global, menambah lonjakan imbal hasil obligasi di seluruh dunia.
Faktor kedua yang ikut memperlemah kurs rupiah adalah Organisation for Economic Co-operation and Development ( OECD ) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2023 sekaligus memperingatkan bahwa banyak negara Eropa, AS dan China bisa mengalami resesi di 2023. Volume perdagangan dunia juga tetap rendah Ini menandakan ekonomi dunia di 2023 semakin suram.
"Pasalnya, pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi semakin rendah disertai dengan tingginya tekanan inflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global," tutur Ibrahim.
(Adhitya)

Sumber : Admin