Riset IMF Prediksi Potensi Resesi Global Mengecil, Rupiah Punya Peluang Berbalik Menguat
Tuesday, February 07, 2023       09:32 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah berpotensi menguat hari ini terhadap dolar Amerika Serikat, setelah riset IMF menunjukkan resesi global mungkin tidak seburuk yang dikira.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (7/2) pukul 09.27 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan pada level Rp15.128 per dolar AS, melemah 73 poin atau 0,49% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot Senin sore kemarin (6/2) di level Rp15.055 per dolar AS.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa pelemahan rupiah kemarin terhadap dolar AS menanggapi hasil data tenaga kerja NFP AS bulan Januari yang sangat bagus. "Namun rupiah mungkin berpeluang menguat hari ini mengikuti sentimen positif pasar saham Asia pagi ini," kata Ariston dalam keterangan tertulis, pagi ini.
Isu resesi global belakangan ini mulai mereda. Riset IMF menunjukkan resesi mungkin tidak seburuk yang dikira. Aktivitas ekonomi di negara-negara besar mulai bangkit seperti di China, Eropa, Inggris dan juga AS. "Ini memberikan sentimen positif ke pasar keuangan, termasuk rupiah," ujar Ariston.
Dana Moneter Internasional mengatakan dalam rilis terbarunya, World Economic Outlook (WEO) edisi Januari 2023, bahwa inflasi kemungkinan akan melambat selama dua tahun ke depan. Laporan itu mengatakan, "Inflasi global diperkirakan turun dari 8,8 persen pada 2022 menjadi 6,6 persen pada 2023 dan 4,3 persen pada 2024."
PDB global diharapkan tidak menyusut. Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan bahwa "kita jauh dari penanda resesi global apa pun."
[7/2 09:22] Adhitya Himawan: Pertumbuhan ekonomi global diprediksi turun dari 3,4% pada 2022 menjadi 2,9% pada 2023, dan kemudian naik menjadi 3,1% pada 2024, kata IMF.
"Kenaikan suku bunga bank sentral untuk melawan inflasi dan perang Rusia di Ukraina terus membebani aktivitas ekonomi," kata laporan itu.
"Dari dalam negeri, pertumbuhan PDB Indonesia sepanjang 2022 yang lebih bagus dari ekspektasi juga bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah," tambah Ariston.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 secara kumulatif berada di level 5,31%. Capaian itu merupakan yang tertinggi sejak 2013.
"Pertumbuhan tertinggi sejak 2013 kalau saya lihat datanya. Jadi pertumbuhan (ekonomi) 2022 sebesar 5,31% ini tertinggi sejak 2013 yang saat itu tumbuhnya 5,56%," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (6/2).
Margo menyebut produk domestik bruto (PDB) harga di 2022 yang mencapai Rp19.588,4 triliun juga sudah lebih tinggi dari sebelum pandemi COVID-19. Sedangkan PDB per kapita 2022 mencapai Rp71.030.850 (USD4.783,9).
"Kalau dibandingkan nilai PDB secara nominal, tahun 2022 ini sudah lebih tinggi dari 2019 di mana PDB 2019 itu sebesar Rp15.830 triliun, kemudian di 2022 sudah mencapai Rp19.588,4 triliun sehingga secara nominal PDB sudah lebih tinggi dari sebelum pandemi," ucapnya.
Di sisi lain, pelaku pasar masih mewaspadai kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS ke depan karena inflasi AS yang masih tinggi dan data ekonomi AS yang bagus yang bisa meredam dampak negatif kenaikan suku bunga.
"Potensi penguatan ke arah Rp15.000 per dolar AS, dengan potensi pelemahan ke arah Rp15.100 per dolar AS," tutup Ariston.(Adhitya)

Sumber : admin