Pertamina Geothermal (PGEO) IPO, Begini Kondisi Keuangannya
Wednesday, February 01, 2023       13:53 WIB

JAKARTA, investor.id - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk () bersiap menggelar penawaran umum perdana ( initial public offering /IPO) sebanyak-banyaknya 10,35 miliar saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham.
Jumlah saham yang akan dilepas itu sebanyak-banyaknya 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Anak usaha PT Pertamina itu membuka harga penawaran Rp 820-945 per saham. Karena itu, target dana yang dibidik maksimal Rp 9,78 triliun.
Dalam prospektus awal perseroan, dikutip Rabu (1/2/2023), dijelaskan mengenai kinerja keuangannya. Perseroan sampai dengan 30 September 2022 mencatatkan pendapatan usaha US$ 287,39 juta atau naik 3,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 US$ 276,60 juta.
Peningkatan tersebut utamanya disebabkan oleh eskalasi harga jual listrik panas bumi yang dipengaruhi oleh naiknya Indeks Harga Produsen Amerika Serikat (United States Producer Price Index atau US PPI) selama sembilan bulan pertama tahun 2022, yang melebihi jumlah yang diperlukan untuk menutupi penurunan total listrik yang diproduksi pada periode yang sama di tahun 2021.
Beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2022 menurun sebesar US$ 12,889 juta atau sebesar 9,5% menjadi US$ 122,405 juta dari sebesar US$ 135,294 juta untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2021. Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di mana sebagian besar beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya ditransaksikan dalam rupiah, namun dibukukan dalam dolar Amerika Serikat.
Laba untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2022 meningkat sebesar US$ 45,035 juta atau sebesar 67,8% menjadi US$ 111,429 juta dari sebesar US$ 66,394 juta untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2021.
Pertamina Geothermal merupakan afiliasi Pertamina dan pemegang kuasa pengusahaan panas bumi terbesar di Indonesia, dalam hal kapasitas terpasang keseluruhan yang dioperasikan sendiri oleh perseroan dan oleh para kontraktor KOB (kontrak operasi bersama), berdasarkan data dari Wood Mackenzie Asia Pacific Pte Limited.
Perseroan memiliki rekam jejak yang baik dalam fokus usaha perseroan yaitu pengembangan dan pengelolaan proyek-proyek PLTP di berbagai lokasi di Indonesia, yang masing-masing memiliki jumlah kapasitas terpasang yang bervariasi. Per tanggal 30 Juni 2022, perseroan baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki hak atas 13 kuasa pengusahaan panas bumi, dengan kapasitas terpasang keseluruhan sebesar 1.877 MW, di mana sebesar 672 MW dioperasikan sendiri dan sebesar 1.205 MW dioperasikan oleh para kontraktor KOB.
Perseroan berfokus pada tenaga panas bumi hulu dan hilir dan telah mengembangkan proyek-proyek tenaga panas bumi milik perseroan dengan mengintegrasikan dan mengoptimalkan panas bumi dan komponen-komponen produksi listrik serta teknologi yang perseroan dapatkan dari para pemasok yang memiliki hubungan kuat dengan perseroan. Secara garis besar, fokus perseroan pada segmen panas bumi hulu dan hilir telah memberikan perseroan fleksibilitas dalam mendapatkan komponen, teknologi, dan operator yang paling sesuai serta dalam menyesuaikan proyek-proyek PLTP perseroan berdasarkan lingkungan lokal di mana pembangkit listrik tersebut akan dioperasikan. Perseroan meyakini bahwa perseroan memiliki kemampuan untuk berhasil dalam berkolaborasi dengan para kontraktor EPC, mengintegrasikan dan mengoptimalkan komponen-komponen dan teknologi panas bumi serta mengembangkan proyek-proyek PLTP yang sukses.
Perseroan memperoleh sebagian besar pendapatan perseroan dari (i) penjualan listrik secara langsung dan tidak langsung ke PLN, yang merupakan perusahaan utilitas listrik milik negara Indonesia, dan (ii) penjualan uap ke IPP ( independent power producer ) dan PLN.

Sumber : Investor.id
An error occurred.