Permintaan Meningkat, Perusahaan Energi Genjot Eksplorasi Gas di Asia Tenggara
Friday, March 01, 2024       14:57 WIB

Ipotnews - Perusahaan-perusahaan energi meningkatkan kegiatan eksplorasinya di Asia Tenggara untuk meningkatkan produksi gas alam dan memenuhi pertumbuhan permintaan jangka panjang. Penemuan-penemuan terbaru dan kebijakan investasi yang lebih baik, mendukung kenaikan produksi.
Malaysia dan Indonesia baru-baru ini telah berhasil mendapatkan temuan-temuan di sektor hulu, termasuk penemuan besar oleh Mubadala Energy di Blok Andaman Selatan. Selama bertahun-tahun investasi di sektor ini melorot tajam di Asia Tenggara, sejak jatuhnya harga minyak pada tahun 2015.
Pertumbuhan ekonomi dan populasi diperkirakan akan memacu pertumbuhan permintaan gas yang berkelanjutan di kawasan, dan diproyeksikan akan mencapai puncaknya sebelum tahun 2040. "Ada jendela peluang yang penting untuk investasi di bidang gas dan LNG (gas alam cair)," kata Stefano Raciti,  chief operating officer  Mubadala Energy dalam konferensi industri di Kuala Lumpur, pekan ini.
"Di Asia Tenggara, kami percaya bahwa hal ini berarti melanjutkan investasi di bidang eksplorasi dan memperluas produksi gas," imbuh Raciti seperti dikutip Reuters, Jumat (1/3).
Mubadala sedang berupaya meningkatkan produksi di ladang gas Pegaga di Malaysia, di mana dua perusahaan energi besar akan terlibat untuk pertama kalinya melalui aksi akuisisi belum lama ini.
TotalEnergies dari Perancis mengumumkan bulan lalu bahwa mereka telah membeli 50% saham SapuraOMV yang berkantor pusat di Malaysia, dan Chevron mengakuisisi Hess yang memiliki aset-aset di Malaysia.
Secara terpisah, Pertamina dan Petronas dari Malaysia mengakuisisi 35% saham Shell di blok gas alam Masela yang dioperasikan oleh Inpex.
Pada Januari lalu, BUMN energi Malaysia, Petronas, memberikan kontrak bagi hasil untuk enam blok eksplorasi di bawah putaran penawaran tahun 2023. Ptronas juga meluncurkan putaran penawaran baru tahun ini untuk eksplorasi sepuluh blok dan klaster kepada para investor potensial.
Sementara itu, Indonesia juga berencana untuk menawarkan lebih banyak blok minyak dan gas di cekungan Sumatra Utara tahun ini, setelah penemuan besar oleh Mubadala Energy di Blok South Andaman. Pemerintah Indonesia dikabarkan sedang meninjau kebijakan fiskalnya agar dapat menarik lebih banyak investasi pada sumber daya non-konvensional.
"Dalam dua hingga tiga tahun terakhir, Indonesia dan Malaysia telah menyaksikan sejumlah besar penemuan minyak dan gas bumi, yang menambah momentum secara keseluruhan. Hal ini mendorong minat yang lebih besar untuk melakukan eksplorasi," ujar analis Rystad Energy, Prateek Pandey.
Pandey mengatakan, Malaysia kemungkinan akan mengebor sekitar 30 sumur eksplorasi tahun ini dan 35 sumur pada tahun 2025, naik dari 8 sumur pada tahun 2021. Sedangkan Indonesia akan mengebor sekitar 40 sumur tahun ini, dibandingkan dengan 20 sumur selama masa pandemi COVID.
Meskipun jumlah sumur eksplorasi di Indonesia akan sedikit menurun pada paruh kedua dekade ini, jumlah sumur eksplorasi di Malaysia akan tetap konsisten hingga tahun 2028. Konsistensi Malaysia terkait dengan putaran penawaran yang sukses dalam tiga hingga empat tahun terakhir, Pandey menambahkan.
Peningkatan fleksibilitas dalam kontrak bagi hasil dan persyaratan fiskal yang lebih baik juga telah menarik lebih banyak investasi ke kawasan ini. Pada Septemebr tahun lalu, pemerintah Indonesia mengatakan bahwa mereka telah membuat perbaikan dalam ketentuan-ketentuan minyak dan gas, sehingga memungkinkan kontraktor untuk memiliki saham ekuitas lebih dari 50% di beberapa blok baru.
"Sebagai investor yang datang dari luar negeri, kami perlu memiliki kepastian dalam hal kebijakan investasi dan regulasi dalam kegiatan hulu. Dan kami melihat hal itu terjadi selama lima tahun terakhir," kata Yuzaini Yusoff, Kepala Perwakilan Indonesia untuk perusahaan hulu nasional Malaysia, Petronas Carigali.
"Di sektor hulu, kami fokus pada ekspansi di bidang eksplorasi... Indonesia bagian timur adalah tempat dimana banyak cekungan yang belum dieksplorasi," ujarnya. (Reuters)

Sumber : admin