Pasar Tunggu Pertemuan OPEC+, Minyak Berjangka Berbalik Melemah
Tuesday, November 21, 2023       14:36 WIB

Ipotnews - Minyak berjangka melemah, Selasa siang, membalikkan kenaikan tajam yang dicapai dalam dua sesi terakhir, karena investor menjadi berhati-hati menjelang pertemuan OPEC + pekan ini ketika kelompok produsen mungkin membahas pengurangan pasokan yang lebih dalam.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 64 sen, atau 0,8%, menjadi USD81,68 per barel pada pukul 13.30 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Selasa (21/11).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, berada di posisi USD77,21 per barel, berkurang 62 sen, atau 0,8%.
Kedua kontrak tersebut melambung sekitar 2%, Senin, setelah narasumber mengatakan kepada  Reuters  bahwa OPEC +, yang terdiri dari Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya, akan mempertimbangkan apakah bakal melakukan pengurangan pasokan minyak tambahan ketika bertemu pada 26 November.
Keuntungan tersebut terpangkas pada sesi Selasa.
"Investor mengambil sikap 'wait-and-see' untuk mengonfirmasi keputusan OPEC + sebenarnya," kata Tsuyoshi Ueno, ekonom NLI Research Institute.
OPEC + kemungkinan akan memperpanjang atau bahkan memperdalam pengurangan pasokan minyak hingga tahun depan, prediksi delapan analis.
Analis RBC Capital Helima Croft mengatakan: "Kami melihat ada ruang bagi kelompok tersebut untuk melakukan pengurangan lebih dalam. Namun kami mengantisipasi Arab Saudi akan mencari tambahan barel dari anggota lain untuk berbagi beban penyesuaian tersebut."
Pembukaan kembali perjanjian kuota yang dicapai Juni dapat menjadi tantangan dan dapat menyebabkan negosiasi yang berlarut-larut, karena itu para pemimpin mungkin akan meminta penyesuaian yang lebih sukarela dari masing-masing produsen, tambah Croft.
Trader yang berbasis di Singapura mengatakan tindakan OPEC + yang melebihi perpanjangan pemotongan produksi saat ini telah diperhitungkan oleh pasar.
Harga minyak anjlok sekitar 16% sejak akhir September karena produksi minyak mentah di Amerika, produsen utama dunia, berada di rekor tertinggi, sementara pasar mengkhawatirkan pertumbuhan permintaan, terutama dari importir minyak terbesar di dunia, China.
Trader juga mengamati tanda-tanda kehancuran permintaan akibat kemungkinan resesi Amerika pada 2024 dan mempertimbangkan peringatan minggu lalu tentang kemungkinan deflasi dari Walmart, perusahaan ritel terbesar di AS.
Stok minyak mentah dan bensin AS kemungkinan meningkat minggu lalu, sementara persediaan sulingan terlihat menurun, menurut jajak pendapat awal  Reuters , Senin. Laporan stok mingguan dari American Petroleum Institute dan Badan Informasi Energi masing-masing akan dirilis Selasa dan Rabu. (ef)

Sumber : Admin