Pasar Khawatirkan Inflasi AS Tetap Tinggi, Greenback Naik Tipis
Friday, April 12, 2024       06:04 WIB

Ipotnews - Dolar naik moderat, Kamis, dalam perdagangan yang berombak, karena harga produsen Amerika Serikat yang lebih lemah dari perkiraan tidak mampu meredam kekhawatiran tentang inflasi yang terus bertahan, yang memperkuat keyakinan Federal Reserve akan menunda pemotongan suku bunga tahun ini.
Sejumlah pejabat the Fed yang berbicara pada sesi Kamis juga mengulangi perlunya pendekatan yang sabar dalam melonggarkan kebijakan moneter, sehingga mendorong dolar.
Data yang dirilis Kamis menunjukkan Indeks Harga Produsen (PPI) periode Maret naik 0,2% (month-on-month), dibandingkan ekspansi 0,3% yang diperkirakan ekonom dalam survei  Reuters.  Pada basis tahunan (year-on-year), angka tersebut tumbuh 2,1%, dibandingkan perkiraan kenaikan 2,2%.
Mata uang AS tersungkur setelah data PPI diumumkan, namun mampu bangkit kembali, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (11/4) atau Jumat (12/4) pagi WIB.
Laporan terpisah menunjukkan 211.000 klaim pengangguran awal untuk pekan yang berakhir hingga 6 April, dibandingkan ekspektasi 215.000, mencerminkan ketatnya pasar tenaga kerja Amerika yang terus bertahan. Dolar nyaris tidak meresponsnya karena investor lebih fokus pada inflasi.
Laporan PPI tersebut mengikuti indeks harga konsumen (CPI) yang lebih kuat dari perkiraan, Rabu. CPI Amerika naik 0,4% secara bulanan pada Maret, dibandingkan ekspektasi kenaikan 0,3%.
"IHK menyebabkan cukup banyak kerusakan terhadap prospek penurunan suku bunga lebih dini," kata Thierry Albert Wizman, analis Macquarie di New York.
"Kita mungkin harus menghadapi kondisi ini agar inflasi bisa tetap rendah selama tiga bulan lagi dan itu berarti pemotongan akan tertunda."
Pada perdagangan petang, greenback mendatar terhadap yen di 153,23 yen, setelah meluncur di bawah 153 yen menyusul data PPI tersebut. Di awal sesi, dolar mencapai level tertinggi dalam 34 tahun di 153,32 yen.
Kemerosotan yen terhadap dolar menghidupkan kembali ketakutan akan intervensi, karena para pejabat Jepang menegaskan bahwa mereka tidak akan mengesampingkan langkah apa pun untuk menghadapi perubahan yang berlebihan.
Jepang melakukan intervensi di pasar mata uang tiga kali pada 2022 ketika yen merosot menuju level terendah dalam 32 tahun di 152 terhadap dolar.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur nilai greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, naik 0,1% menjadi 105,26. Terhadap franc Swiss, dolar turun 0,3% menjadi 0,9098 franc.
Menyusul data PPI tersebut, pasar memperkirakan sekitar 69% peluang penurunan suku bunga the Fed pada pertemuan September, menurut FedWatch Tool CME Group. Garis waktu ini muncul setelah CPI bulan lalu yang lebih tinggi dari perkiraan, Rabu. Selama berminggu-minggu, suku bunga berjangka memperhitungkan penurunan suku bunga pada Juni.
Fed funds futures juga mengurangi jumlah penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) tahun ini menjadi kurang dari dua, atau sekitar 42 bps, dari sekitar tiga atau empat kali pada beberapa pekan lalu.
"Ekspektasi suku bunga yang tersirat di pasar belum berubah secara signifikan dari level kemarin (Rabu) dan perbedaan suku bunga yang sangat lebar membuat dolar AS tetap tinggi," kata Karl Schamotta, analis Corpay di Toronto.
Dalam mata uang lainnya, euro terakhir turun 0,1% menjadi USD1,07026. Sebelumnya, mata uang tersebut jatuh ke level terendah dalam dua bulan di USD1,0699 setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga di rekor tertinggi sebesar 4%, sesuai ekspektasi, namun mengirimkan sinyal bahwa pihaknya bersiap untuk melakukan pemotongan.
Di Amerika Serikat, Kamis, the Fed memberi isyarat bahwa penurunan suku bunga tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Presiden Fed New York John Williams mengatakan meski bank sentral AS telah membuat kemajuan besar dalam menurunkan inflasi, namun bank sentral belum perlu beralih ke kebijakan moneter yang lebih longgar mengingat pergerakan inflasi yang fluktuatif.
"Tidak ada kebutuhan yang jelas untuk menyesuaikan kebijakan moneter dalam waktu dekat," mengingat kondisi perekonomian saat ini, kata Williams.
Presiden Fed Richmond Thomas Barkin, yang tahun ini menjadi voter di komite penetapan kebijakan the Fed, juga menyuarakan sentimen yang sama. Dia mengatakan angka terbaru ini tidak meningkatkan keyakinannya bahwa tekanan harga telah berkurang secara luas dalam perekonomian. (ef)

Sumber : Admin