Mayoritas Logam Dasar Rebound dari Aksi Ambil Untung, Timah Tertahan
Tuesday, October 01, 2024       15:54 WIB

Ipotnews - Logam dasar London menguat, Selasa, bangkit dari kerugian pada sesi sebelumnya yang dipicu aksi ambil untung, karena stimulus China memberikan dukungan.
Harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,6% menjadi USD9.884,50 per metrik ton pada pukul 14.59 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Hanoi, Selasa (1/10).
Logam non-ferrous lainnya di kompleks LME, aluminium meningkat 0,5% menjadi USD2.625,50 per ton, nikel menguat 0,8% menjadi USD17.660, dan seng (zinc) melonjak 1,2% ke posisi USD3.127. Timbal (lead) melesat 1% menjadi USD2.116,50 per ton, sementara timah turun 0,3% jadi USD33.365.
Tembaga LME, Senin, mencapai USD10.158 per ton, level tertinggi dalam hampir empat bulan, didukung serangkaian stimulus dari China, termasuk suntikan likuiditas, pemotongan suku bunga hipotek, dan pelonggaran pembatasan pembelian rumah.
Namun harga merosot saat penutupan karena investor dan trader menutup posisi mereka menjelang libur panjang China, 1-7 Oktober, dan pada akhir kuartal kalender.
Analis ANZ mengatakan stimulus China dan pemulihan aktivitas pabrik, meski masih berkontraksi, mendukung harga logam. Namun dolar yang lebih kuat membatasi kenaikan, kata ANZ.
Indeks Dolar (Indeks DXY) melesat, didukung komentar Chairman Federal Reserve Jerome Powell yang menolak spekulasi pemotongan suku bunga lebih besar, membuat logam yang dihargakan dalam greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Diskon aluminium tunai LME atas kontrak tiga bulan mengetat jadi USD2,78 per ton, Senin, diskon terkecil sejak 23 April, yang menunjukkan pasokan yang lebih ketat dalam jangka pendek.
Stok aluminium LME melorot menjadi 792.950 ton, Jumat, terendah sejak 8 Mei. Di China, inventori aluminium turun menjadi 658.000 ton, terendah sejak 18 Februari, menurut data Shanghai Metals Market.
Harga nikel LME mencapai USD17.650 per ton, tertinggi sejak 17 Juni, di awal sesi.
Produsen nikel terbesar China, Tsingshan, memangkas produksi feronikel di Indonesia karena terus mengalami kekurangan pasokan bijih, menurut sumber  Reuters.  (ef)

Sumber : Admin