Mata Uang Emerging Asia Berguguran, Ringgit Anjlok Lebih dari Satu Persen
Tuesday, October 01, 2024       15:26 WIB

Ipotnews - Mata uang emerging Asia berguguran versus dolar, Selasa, setelah Chairman Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan pemotongan suku bunga agresif lainnya tidak mungkin terjadi pada pertemuan November.
Ringgit Malaysia anjlok lebih dari 1%, jatuh dari level tertinggi tiga setengah tahun yang dicapai pada sesi Senin, dan terakhir diperdagangkan 4,173 per dolar, sementara baht Thailand turun dari level tertinggi awal 2022, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Selasa (1/10).
Kedua mata uang tersebut mencatat kinerja lebih baik di kawasan ASEAN, didorong stabilitas politik yang membaik, arus masuk asing, dan prospek pertumbuhan yang stabil.
Mata uang lain seperti dolar Taiwan, rupiah, peso Filipina, dan dolar Singapura diperdagangkan mendatar hingga lebih rendah.
Di Amerika Serikat, Powell menolak spekulasi pelonggaran yang agresif, memperkirakan bank sentral kemungkinan akan tetap mempertahankan pemotongan suku bunga seperempat poin persentase ke depan.
Penurunan suku bunga AS meningkatkan daya tarik aset berisiko dan mendorong dana tunai masuk ke emerging market, khususnya ke Asia Tenggara, tempat investor menahan eksposur yang sangat rendah selama bertahun-tahun.
Pekan ini, investor akan mencermati data inflasi dari Korea Selatan dan Filipina untuk mengukur arah kebijakan moneter, sementara laporan ketenagapekerjaan Amerika kemungkinan akan menentukan arah pemotongan suku bunga the Fed.
Inflasi Indonesia naik pada tingkat paling lambat dalam hampir tiga tahun pada September, memberikan ruang lebih lanjut bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga.
Kendati Indonesia dan Filipina mulai melonggarkan kebijakan moneter, tekanan meningkat pada Bank of Korea untuk memangkas suku bunga pada pertemuan mendatang karena kekhawatiran perlambatan masih membayangi.
Bank sentral Filipina, Senin, mengisyaratkan bahwa mereka memiliki ruang untuk pemotongan 50 basis poin, meski 25 bp akan menjadi norma.
"Pemotongan suku bunga the Fed dan langkah-langkah stimulus China tidak hanya meningkatkan aset berisiko di kawasan tersebut, tetapi tindakan mereka juga dapat mendorong bank sentral lain untuk memilih pemotongan suku bunga yang lebih agresif daripada perkiraan kami," kata Juliana Lee, Kepala Ekonom Deutsche Bank untuk Asia.
Pasar China ditutup selama sisa minggu ini karena hari libur nasional. Pasar di Seoul dan Hong Kong juga tutup hari ini. (ef)

Sumber : Admin