Mata Uang Asia Tumbang Jelang Laporan Inflasi AS, Depresiasi Rupiah Tarik Perhatian
Tuesday, June 11, 2024       14:56 WIB

Ipotnews - Pasar emerging Asia berguguran, Selasa, menjelang data inflasi Amerika Serikat dan pertemuan kebijakan Federal Reserve, yang akan memberikan isyarat lebih lanjut mengenai pemotongan suku bunga di masa mendatang.
The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga untuk pertemuan ketujuh berturut-turut dalam keputusan kebijakan mendatang, yang akan diumumkan Rabu, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Selasa (11/6).
Angka inflasi Amerika, yang akan dirilis sebelum keputusan the Fed, diperkirakan naik tipis sebesar 0,1% pada Mei, namun angka inflasi inti meningkat 0,3%.
"Penyesuaian dot plot yang jauh lebih hawkish menjadi satu pemotongan mungkin akan membuat penguatan USD bertahan lebih lama sementara proksi risiko, termasuk FX Asia, mungkin berada di bawah tekanan," kata analis OCBC , Christopher Wong.
Namun, peralihan ke dua pemotongan bukanlah hal yang mengejutkan dan dolar mungkin melemah sementara proksi risiko dapat menikmati reli.
Di Asia, perhatian pasar tertuju pada rupiah yang melemah 0,1%, Selasa, diperdagangkan pada level terendah sejak April 2020.
Deputi Gubernur Bank Indonesia mengatakan pihaknya akan menggunakan seluruh instrumen moneternya untuk menstabilkan rupiah. Senin, BI melakukan intervensi untuk mencegah volatilitas ekstrim pada rupiah, salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan pada tahun ini.
Dolar Taiwan melorot sebanyaknya 0,5% menjadi 32,411 per dolar AS. Mata uang Taiwan itu di jalur untuk mencatat kerugian intraday terbesar dalam hampir delapan minggu.
Won Korea Selatan, salah satu mata uang regional dengan kinerja terburuk tahun ini, juga merosot 0,2%, sementara mata uang regional lainnya sebagian besar diperdagangkan mendatar.
Pada awal sesi, yuan China jatuh ke level terendah dalam tujuh bulan terhadap dolar AS, ketika investor kembali dari liburan long weekend, mengejar penguatan greenback di pasar luar negeri.
Ekuitas Asia sebagian besar bergerak variatif, Selasa, dengan sentimen risiko terpukul pertemuan kebijakan Amerika, pekan ini. Saham Taiwan mencapai rekor tertinggi pada sesi pagi, namun mengurangi sebagian besar kenaikannya. Indeks saham Taiwan ditutup turun 0,3% menjadi 21.792,12.
Saham di China dan Singapura masing-masing melemah 0,5% dan 0,4%, sedangkan rekan-rekannya di Korea Selatan dan India masing-masing naik 0,2% dan 0,3%. (ef)

Sumber : Admin