Literasi Keuangan dan Perencanaan Pensiun (8) - Penerapan Literasi Keuangan pada Perencanaan Pensiun
Friday, January 19, 2024       14:59 WIB

Pada artikel-artikel sebelumnya kita telah membahas berbagai hal tentang literasi keuangan yang penting untuk diketahui: (1) Apa yang dimaksud dengan literasi keuangan?, (2) Apa manfaat dari literasi keuangan?, (3) Mengapa literasi keuangan penting untuk diketahui?, (4) Bagaimana caranya supaya saya menjadi cakap secara keuangan?, (5) Apakah prinsip-prinsip literasi keuangan yang perlu saya ketahui?, (6) Contoh-contoh literasi keuangan yang penting, dan (7) Strategi-strategi untuk meningkatkan literasi keuangan.
Artikel ke-8 (artikel ini) adalah puncak dari seri artikel tentang literasi keuangan yang kami tulis. Artikel ini akan membahas penerapan literasi keuangan pada perencanaan pensiun.
Kami tidak mengharapkan bahwa para pembaca IpotNews, setelah sampai ke artikel terakhir ini, akan memiliki literasi keuangan sama seperti seorang perencana keuangan yang memiliki sertifikat setara CFP (Certified Financial Planner), apa lagi sertifikat CFA (Chartered Financial Analyst) yang jauh lebih sulit.
Tetapi, setelah membaca artikel-artikel tentang literasi keuangan ini, kami harapkan bahwa para pembaca yang sebelumnya awam tentang literasi keuangan, akan cukup mengerti mengenai tentang penerapan literasi keuangan dalam perencanaan pensiun.
Kami harapkan bahwa para pembaca, terutama yang akan melaksanakan sendiri perencanaan pensiun untuk dirinya sendiri, dapat memiliki pengetahuan keuangan yang memadai, tanpa harus bergantung kepada perencana keuangan professional.
Mempelajari literasi keuangan ( financial literation ) itu ibarat belajar bahasa asing (misalnya Bahasa English yang tata bahasanya sangat berbeda dari tata bahasa Indonesia). Kita baru dapat dianggap mahir atau cakap ( literate ) bahasa English tersebut jika kita telah sungguh-sungguh memahaminya dan dapat menerapkannya dalam menghadapi persoalan dalam hidup sehari-hari.
Penerapan literasi keuangan yang akan dibahas dalam artikel ini ada dua, yaitu (1) Memahami literasi keuangan dalam perencanaan pensiun, (2) Memahami kesalahan-kesalahan utama dalam perencanaan pensiun, sehingga kita diharapkan tidak terjebak dan mengulangi kesalahan yang sama.
Literasi Keuangan yang Penting untuk Perencanaan Pensiun
 a. Bagaimana Membuat Anggaran Belanja yang Akurat 
Membuat anggaran belanja sehari-hari saja sudah sulit, lalu bagaimana kita dapat membuat anggaran belanja yang akurat untuk masa pensiun yang masih sangat jauh dari sekarang? Bagaimanakah caranya memperkirakan penghasilan ( income ) dan pengeluaran ( expense ) kita tiga puluh tahun dari sekarang? Berapa tingkat inflasi ( inflation rate ) yang akan terjadi selama 30 tahun dari sekarang? Berapa besar tingkat pertumbuhan ( growth rate ) investasi Dana Pensiun yang dapat kita harapkan selama 30 tahun?
Hal ini tentu bukan persoalan mudah bagi kita yang baru pertama kali membuat perencanaan pensiun. Tetapi, sesulit apa pun perencanaan pensiun yang harus kita buat, rencana pensiun itu tetap harus dibuat.
Prinsipnya adalah untuk setiap perjalanan jauh, kita akan membutuhkan peta supaya tidak tersesat. Artinya, kita tetap membuat prediksi akan besarnya penghasilan, besarnya pengeluaran, tingkat inflasi, tingkat pengembangan investasi, dll.
Koreksi atas prediksi yang kita buat, kemudian akan kita lakukan setelah ada data baru yang lebih akurat telah kita peroleh. Untuk itulah, literasi keuangan menjadi hal yang sangat esensial dalam setiap perencanaan pensiun.
 b. Bagaimana Caranya untuk Sukses dalam Menabung Dana Pensiun? 
Menabung Dana Pensiun tidak harus diartikan secara harafiah dengan menyimpan uang Dana Pensiun itu dalam deposito atau tabungan di bank saja. Bahkan sesungguhnya, menabung dana pensiun harus diartikan sebagai berinvestasi atas Dana Pensiun kita karena jangka waktu sampai Dana Pensiun itu dibutuhkan masih sangat lama.
Untuk sukses dalam manabung Dana Pensiun, kita harus memulai menabung sejak muda sehingga Dana Pensiun kita akan memiliki waktu yang cukup untuk berkembang. Singkatnya, menabung Dana Pensiun tidak hanya berupa penyetoran ke dalam Dana Pensiun, tetapi juga pengembangan atas Dana Pensiun yang telah terkumpul.
Orang seringkali berinvestasi Dana Pensiun secara agresif dengan mengesampingkan berbagai resiko investasi yang tidak dimengerti oleh pemilik Dana Pensiun itu. Dana Pensiun memang adalah investasi yang bersifat jangka panjang. Artinya adalah uang dalam Dana Pensiun belum akan diambil untuk waktu yang lama.
Oleh karena itu, Dana Pensiun boleh disimpan dalam instrumen atau investasi yang beresiko lebih tinggi, misalnya dalam instrumen saham-saham ( price risk ) atau dalam tanah dan bangunan ( liquidity risk ).
Tetapi Dana Pensiun tidak boleh diinvestasikan dalam instrumentinstrumen yang tidak dimengerti oleh Anda sebagai pemilik Dana Pensiun itu. Misalnya, investasi dalam berbagai instrumen derivatif ( futures, options, swaps ) atau investasi dalam mata uang kripto ( crypto currency ) benar-benar harus dihindari, berapa pun besar janji keuntungan yang dapat diperoleh atau jangka waktu ( time horizon ) investasi yang kita miliki.
 c. Memahami Kemana Uang Anda Dibelanjakan 
Jika Anda masih muda dan belum berkeluarga, sering sekali terjadi bahwa Anda tidak merasa perlu untuk membuat catatan apa pun atas uang yang Anda belanjakan setiap bulan. Semoga hal ini tidak terjadi pada Anda.
Tetapi, setelah Anda berumah tangga, dengan banyaknya rupa pengeluaran yang harus Anda lakukan setiap bulan, mulai dari pembayaran cicilan rumah (KPR) atau cicilan mobil kesayangan Anda (KKB), pembayaran uang sekolah anak, pembayaran tagihan Listrik dan PAM, dan rupa-rupa pembayaran lainnya, maka sebaiknya Anda mulai mencatat setiap pengeluaran besar yang Anda lakukan.
Dengan demikian, Anda akan tahu kemana uang Anda dibelanjakan dan bagaimana Anda bisa berhemat dengan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.
 d. Tidak Menunda untuk Mulai Membuat Perencanaan Pensiun 
Setiap orang yang bekerja pasti suatu saat akan berhenti bekerja atau pensiun. Kalau Anda saat ini bekerja sebagai karyawan, usia pensiun di mana Anda harus berhenti bekerja dan pensiun ditetapkan dalam peraturan Perusahaan.
Anda harus tahu pada usia berapa Anda akan berhenti bekerja, dan apa saja hal-hal yang dapat membuat Anda berhenti bekerja sebelum usia pensiun 'normal' yang ditetapkan dalam peraturan perusahaan pemberi kerja. Dengan mengetahui usia pensiun, Anda akan dapat menghitung jumlah Dana Pensiun yang bisa Anda kumpulkan dengan menganggap keadaan lain-lain tetap sama sampai Anda pensiun.
Keadaan ini tentu tidak pernah ideal, karena semua orang pasti mengharapkan hidup yang lebih baik di kemudian hari. Tetapi, tanpa ada data pendapatan atau pengeluaran di kemudian hari yang lebih akurat, maka data pendapatan serta pengeluaran sekarang adalah data yang paling valid.
Data pendapatan dan pengeluaran yang ada saat ini lalu disesuaikan (diganti) pada saat ada data yang lebih akurat. Misalnya, katakanlah Anda baru mulai membuat perencanaan pensiun pada waktu Anda berusia 35 tahun, dan Anda berencana untuk pensiun pada usia 60 tahun.
Artinya, berdasarkan data ini, Anda masih mempunyai waktu 25 tahun untuk mempersiapkan masa pensiun Anda. Berikutnya, Anda dapat mengidentifikasi apa-apa yang telah Anda kumpulkan selama ini versus apa-apa yang Anda harapkan untuk dimiliki pada saat pensiun nanti.
Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Perencanaan Pensiun
Perencanaan pensiun bukanlah ilmu eksak, dan untuk setiap individu rencana pensiun yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam detailnya. Akan tetapi, kalau kita perhatikan dengan seksama, ada beberapa hal yang mirip, khususnya dalam kesalahan-kesalahan yang dibuat orang dalam rencana-rencana pensiunnya. Di sini, kami akan secara khusus menyoroti tiga kesalahan yang utama.
 a. Tidak Menyimpan Dana Pensiun yang Cukup 
Sering sekali orang baru merasa bahwa ia tidak menyimpan dana pensiun yang cukup pada saat ia telah atau hampir pensiun. Kesalahan seperti ini jamak terjadi karena orang seringkali mengabaikan urusan pensiun ini. Pada waktu masih berusia muda, urusan pensiun dianggap masih jauh dan tidak perlu dipikirkan dulu karena masih banyak hal yang dianggap lebih mendesak.
Sering pula terjadi, orang merasa bahwa urusan pensiun dia, sebagai karyawan perusahaan, telah diurus oleh perusahaan pemberi kerja melalui Dana Pensiun Pemberi Kerja ( DPPK ) atau BPJS -TK (Badan Pengelola Jaminan Sosial - Tenaga Kerja), sehingga ia sebagai karyawan tidak perlu repot-repot lagi menghitung tersedianya dana untuk pensiun.
Hal ini tentu keliru, karena subjek pensiun itu adalah diri kita sendiri. Kita adalah pihak yang paling tahu dan paling bertanggung jawab atas rencana pensiun kita.
 b. Salah Memperkirakan Besarnya Biaya Medis Masa Pensiun 
Besarnya biaya perawatan kesehatan pada masa pensiun adalah hal yang sangat sulit untuk ditaksir dengan akurat. Pada dasarnya setiap orang, pada waktu menderita suatu penyakit, akan berusaha mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik yang ada pada saat itu, yang dapat diperolehnya berdasarkan jumlah uang yang ada padanya saat itu. Hal ini paling nyata terjadi ketika orang menderita penyakit yang berat, atau penyakit yang mengancam keselamatan jiwanya.
Saran saya, daripada salah memperkirakan besarnya biaya perawatan kesehatan, adalah lebih baik jika kita membeli asuransi kesehatan seumur hidup saja. Premi asuransi Kesehatan tidak murah jika kita membelinya pada waktu kita telah berusia cukup tua, bahkan perusahaan asuransi dapat menolak permohonan asuransi kita jika kita hendak membelinya setelah kita menderita sakit tertentu. Tetapi, premi asuransi kesehatan menjadi relatif murah harganya jika kita membeli asuransi ini pada usia muda dan kondisi fisik yang prima.
 c. Mengambil Pinjaman Baru Setelah Pensiun 
Salah satu kesalahan terberat yang dilakukan orang yang telah pensiun adalah mengambil pinjaman baru setelah pensiun. Masa pensiun seharusnya adalah periode terbaik dalam hidup Anda di mana Anda tidak lagi terbebani dengan pelbagai urusan pembayaran utang. Pada dasarnya, orang tidak dapat pensiun ketika ia masih mempunyai beban utang karena ia tetap harus bekerja untuk melunasi utang-utang tersebut.
Kembali mengambil utang baru, karena berbagai alasan, bukanlah hal yang bijaksana untuk dilakukan oleh siapa pun yang telah memasuki usia pensiun. Namun utang kartu kredit yang akan dilunasi seluruhnya pada tanggal jatuh tempo tagihan tidak kami anggap sebagai benar-benar utang. Kartu kredit yang dipakai untuk kemudian seluruh tagihannya selalu dilunasi pada tanggal tagihan dapat dianggap hanya dipakai sebagai alat untuk mempermudah pembayaran saja.
 Oleh: Fredy Sumendap 

Sumber : IPS