Konversi Utang ke Rupiah, Kapuas Prima Coal (ZINC) Teken Pinjaman Rp 1,5 Triliun
Wednesday, May 24, 2023       16:13 WIB

JAKARTA, Investor.id - PT Kapuas Prima Coal Tbk () teken pembiayaan kembali ( refinance ) utang senilai Rp 1,5 triliun dari PT Bank Mandiri Tbk (). Pinjaman ini ditujukan untuk mengkonversi sejumlah utang dalam dolar Amerika Serikat (AS) menjadi rupiah.
Dalam keterangan tertulis di Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur Utama Kapuas Prima Coal Harjanto Widjaja mengtatakan, KPC menyebutkan perseroan berniat melakukan konversi fasilitas utang sebesar US$ 81 juta dan fasilitas kredit non cash loan sebesar US$ 14 juta menjadi rupiah.
Adapun fasilitas kredit ditandatangani perseroan pada 22 Mei 2023. "Fasilitas kredit ini tidak berdampak, karena perjanjian ini hanya mengkonversi nilai sisa pinjaman dari mata uang US$ menjadi rupiah," jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (24/5/23).
Sebelumnya, tahun ini, optimis akan terdongkrak. oleh pengoperasian smelter konsentrat timbal berkapasitas 40.000 ton akhir tahun ini. Bahkan, perseroan memproyeksikan raup Rp 600 miliar dari penjualan konsentrat.
Direktur Kapuas Prima Coal Evelyne Kioe mengatakan, kondisi ekonomi global tahun depan akan berbeda dengan 2022 yang penuh tantangan akibat perang berkepanjangan Rusia-Ukraina. Oleh karena itu, perseroan akan fokus untuk mengupayakan peningkatan penjualan tahun depan.
Selain smelter konsentrat timbal yang sedang dikejar untuk bisa beroperasi akhir tahun ini, juga sedang membangun pabrik smelter seng berkapasitas 83.000 ton konsentrat seng dengan target operasi tahun 2023.
"Tahun ini, banyak variabel di luar kendali kita yang sangat berpengaruh terhadap kinerja perseroan, seperti kenaikan harga energi, resesi dan penyusutan ekonomi global, serta naiknya laju inflasi. Untuk itu, kita akan memfokuskan upaya untuk meningkatkan pendapatan dan efisiensi kinerja pada tahun 2023," kata Evelyne.
Target Penjualan
Kapuas Prima Coal membidik penjualan konsentrat pada tahun 2023 sebesar Rp 600 miliar. Kemudian sampai tahun 2024, perseroan berencana mengonsolidasikan sekaligus mengakuisisi beberapa tambang.
Direktur Keuangan Hendra Susanto William mengemukakan bahwa target penjualan sebesar Rp 600 miliar tersebut akan bergantung pada pergerakan harga komoditas di tahun depan dan tahun 2024. "Kita menggunakan pendekatan yang konservatif di mana memakai harga terendah pada tahun ini," ucap Hendra dalam paparan publik, beberapa waktu yang lalu.
Target penjualan itu terbilang konservatif karena jika dibandingkan dengan target penjualan perseroan pada tahun 2022 sebesar Rp 650 miliar, target penjualan perseroan tahun 2023 sedikit mengalami koreksi sekitar 7,6%.
Adapun katalis positif pendorong kinerja perseroan pada tahun-tahun mendatang diproyeksikan berasal dari peningkatan harga komoditas secara bertahap seiring dengan tingkat inflasi yang diharapkan terus menurun."Kita mengharapkan tingkat inflasi turun sehingga dapat mendorong kinerja perseroan ke depan," tambahnya.
Katalis lainnya, menurut Hendra, permintaan timah dan seng yang masih cukup tinggi bukan hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain di seluruh dunia. Ditambah lagi, perseroan merupakan satu-satunya perusahaan yang membangun dan memiliki pabrik pengembangan timah dan seng yang berasal dari bahan tambang.
"Kedua komoditas ini penting karena yang bisa menyuplai timah hitam dan seng di seluruh Indonesia sangat terbatas. Jika permintaan harga logam dasar meningkat dan smelter timbal sudah beroperasi tentu akan memberikan kinerja yang lebih baik lagi bagi perseroan ke depan," terang Hendra.

Sumber : investor.id
An error occurred.