Kombinasi Tekanan Eksternal dan Domestik, Rupiah Kembali Ditutup Melemah
Wednesday, April 03, 2024       15:26 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah masih melanjutkan pelemahan terhadap dolar dalam penutupan sore ini, akibat tekanan sejumlah faktor dari Amerika Serikat, Taiwan dan dalam negeri.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu (3/4) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup di level Rp15.920 per dolar AS, melemah 23 poin atau 0,14% dibandingkan Selasa sore (2/4) di level Rp15.897 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan indeks dolar menguat hari ini. "Greenback melonjak dalam beberapa sesi terakhir karena beberapa pejabat Fed memperingatkan bahwa bank sentral dapat mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, sore ini.
Isyarat lebih lanjut mengenai hal tersebut akan dirilis pada hari Jumat ini, dengan data nonfarm payrolls untuk bulan Maret. Angka tersebut secara konsisten melampaui ekspektasi dalam beberapa bulan terakhir, di tengah kekuatan yang terus-menerus dalam sektor tenaga kerja AS.
Selain itu, selera risiko (risk appetite) mendapat pukulan baru pada hari Rabu setelah gempa bumi di Taiwan menghancurkan infrastruktur pulau tersebut dan pabrik-pabrik pembuat chip terkemuka, serta memicu peringatan Tsunami di beberapa bagian Jepang.
Namun di sisi lain, data PMI swasta pada hari Rabu menunjukkan pertumbuhan di sektor jasa Tiongkok membaik pada bulan Maret. Angka tersebut muncul hanya beberapa hari setelah PMI resmi sektor manufaktur Tiongkok positif, yang menandakan membaiknya kondisi ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Di dalam negeri, tingkat inflasi Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,52% secara bulanan (month-to-month/mtm) atau mencapai 3,05% secara tahunan (year-on-year/yoy). Para ekonom memprediksi inflasi pada April 2024 masih tinggi.
Realisasi inflasi pada Maret 2024 masih berada dalam kisaran target tahun ini yaitu 1,5%-3,5%. Namun, angka ini merupakan angka tertinggi sejak Agustus 2023, dengan harga-harga pangan mengalami kenaikan paling signifikan dalam 18 bulan terakhir, bertepatan dengan bulan puasa Ramadan dan sebelum perayaan Idul Fitri atau Lebaran.
Ini menjadi sentimen negatif yang juga melemahkan rupiah. "Peningkatan inflasi pada Maret 2024 terutama didorong oleh inflasi harga bergejolak, khususnya harga makanan, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di sisi penawaran dan permintaan," pungkas Ibrahim.(Adhitya)

Sumber : admin