Ketegangan Perdagangan AS-China Mereda, Minyak Berjangka Terkatrol
Friday, May 09, 2025       14:15 WIB

Ipotnews - Harga minyak menguat, Jumat, setelah melambung sekitar 3% pada sesi sebelumnya, karena ketegangan perdagangan antara konsumen minyak utama, AS-China menunjukkan tanda-tanda mereda, dan Inggris mengumumkan kesepakatan perdagangan "terobosan" dengan Amerika.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 43 sen, atau 0,68%, menjadi USD63,27 per barel, pada pukul 13.56 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di New Delhi, Jumat (9/5).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, bertambah 41 sen, atau 0,68%, menjadi USD60,32 per barel. Kedua kontrak tersebut ditutup melesat sekitar 3% pada sesi Kamis.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, akan bertemu dengan pejabat ekonomi China, Wakil Perdana Menteri He Lifeng, di Swiss pada 10 Mei untuk berupaya menyelesaikan sengketa perdagangan yang mengancam pertumbuhan konsumsi minyak mentah.
"Jika keduanya menetapkan tanggal untuk memulai negosiasi perdagangan formal dan sepakat untuk menurunkan tarif tinggi mereka saat ini terhadap satu sama lain sementara pembicaraan terus berlanjut, pasar akan mendapat jeda dan minyak mentah bisa naik USD2-3 per barel," kata Vandana Hari, pendiri Vanda Insights.
Ekspor China naik lebih cepat dari ekspektasi sepanjang April, sementara impor mempersempit penurunannya, menurut data bea cukai, Jumat, memberikan Beijing sedikit kelegaan menjelang pembicaraan tarif pemecah kebekuan.
Impor minyak mentah negara itu pada April menyusut dari bulan sebelumnya tetapi naik 7,5% year-on-year.
Secara terpisah, Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan Inggris setuju untuk menurunkan tarif impor Amerika menjadi 1,8% dari 5,1%. Washington memangkas bea masuk untuk mobil Inggris tetapi tetap mengenakan tarif 10% untuk sebagian besar barang lainnya.
"Setiap kesepakatan dagang AS lainnya, setelah kesepakatan dengan Inggris, dengan mitra dagang utama lainnya hanya akan berdampak kecil pada sentimen minyak," ujar Hari.
Di tempat lain, Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, atau OPEC +, berencana untuk meningkatkan output yang dapat terus menekan harga minyak. Survei  Reuters  menemukan produksi minyak OPEC turun tipis pada April karena penyusutan output di Libya, Venezuela, dan Irak melebihi peningkatan produksi yang dijadwalkan.
Sanksi AS yang lebih ketat terhadap Iran dapat membatasi pasokan dan mendorong harga lebih tinggi. Sanksi terhadap dua kilang kecil China karena membeli minyak Iran membuat mereka sulit menerima minyak mentah, dan membuat mereka menjual produk mereka dengan nama alternatif, sumber mengatakan kepada  Reuters , Kamis.
Sementara itu, angkatan bersenjata Pakistan melancarkan "beberapa serangan" di sepanjang perbatasan barat India, Kamis malam dan Jumat dini hari, kata tentara India, saat konflik antara negara tetangga bersenjata nuklir itu memanas.
Analis Rystad Energy memperkirakan kedua negara akan mendorong pengadaan minyak mentah dan aktivitas kilang di tengah meningkatnya ketegangan.
"Permintaan solar kemungkinan akan melejit di tengah meningkatnya mobilisasi militer, sementara konsumsi bahan bakar maskapai penerbangan menurun karena penutupan wilayah udara menyebabkan pengalihan rute penerbangan, pembatalan, dan melonjaknya harga tiket pesawat," kata Rohan Goindi, analis Rystad.
Dalam hal permintaan minyak mentah harian, India mengonsumsi 5,4 juta barel per hari (bph), dibandingkan Pakistan yang mengonsumsi 0,25 juta bph, menurut estimasi Rystad Energy. (ef)

Sumber : Admin