Kekhawatiran Perang Iran vs Israel Dorong Harga Minyak Tetap Menguat
Saturday, April 13, 2024       08:00 WIB

Ipotnews - Harga minyak bergerak menguat pada perdagangan akhir pekan ini di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Tetapi harga minyak membukukan kerugian mingguan karena perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia yang bearish dari Badan Energi Internasional (IEA) dan kekhawatiran terhadap melambatnya penurunan suku bunga AS.
Minyak mentah berjangka Brent naik 71 sen menjadi $90,45 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 64 sen menjadi $85,66. Untuk minggu ini, Brent turun 0,8%, sementara WTI turun lebih dari 1%.
Selama seminggu, harga minyak mendekati level tertinggi dalam enam bulan di tengah kekhawatiran bahwa Iran, produsen OPEC terbesar ketiga, mungkin akan membalas serangan pesawat tempur Israel terhadap kedutaan Iran di Damaskus pada hari Senin.
"Fokus utama pasar adalah apakah Iran akan membalas Israel," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates, dengan ketakutan akan gangguan pasokan terkait dengan peristiwa di Timur Tengah yang mendukung harga.
AS memperkirakan serangan Iran terhadap Israel akan terjadi, namun serangan tersebut tidak akan cukup besar untuk menarik Washington ke dalam perang, menurut seorang pejabat AS. Sumber-sumber Iran mengatakan Teheran telah mengisyaratkan tanggapan yang bertujuan menghindari eskalasi besar.
Masalah rantai pasokan masih membawa risiko terbesar karena Iran terus mempertahankan ancamannya untuk menutup Terusan Suez, kata Tim Snyder, ekonom di Matador Economics. Badan Energi Internasional memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia pada tahun 2024 menjadi 1,2 juta barel per hari (bph). Sedangkan OPEC pada hari Kamis mengatakan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024.
"Untuk saat ini pasar sebagian besar berada pada kelompok pertumbuhan permintaan OPEC sebesar 2,2 juta barel per hari dibandingkan dengan perkiraan IEA yang diturunkan sebesar 1,2 juta barel per hari," kata Ole Hansen dari Saxo Bank.
Kenaikan pada hari Jumat menghapus kerugian pada sesi sebelumnya, yang didominasi oleh sentimen inflasi AS yang membandel sehingga mengurangi harapan penurunan suku bunga pada awal Juni. Suku bunga yang lebih tinggi dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.
Perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi selama empat minggu berturut-turut, demikian kata perusahaan jasa energi Baker Hughes dalam laporannya yang diikuti dengan cermat. Jumlah rig minyak dan gas di AS, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun tiga rig menjadi 617 rig dalam sepekan hingga 12 April, terendah sejak November.
(reuters)

Sumber : admin