Kekhawatiran Pasar Terhadap Resesi Global Memaksa Rupiah Melemah Tipis di Penutupan
Wednesday, April 16, 2025       15:59 WIB

Ipotnews - Kekhawatiran pelaku pasar pada ancaman resesi global sebagai dampak perang tarif Amerika Serikat dengan China, masih menyebabkan kurs rupiah melemah terhadap dolar meski sangat tipis hari ini.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu sore (16/4) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup di level Rp16.837 per dolar AS, melemah 11 poin atau 0,06% dibandingkan Selasa sore (15/4) dilevel Rp16.826 per dolar AS.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pelemahan rupiah akibat pertumbuhan ekonomi global secara luas diperkirakan akan melambat seiring perang tarif AS. "Karena kebijakan Presiden Trump memang diyakini sedang membahayakan perekonomian global," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, sore ini.
Trump telah menaikkan tarif pada barang-barang China ke tingkat yang sangat tinggi. Hal ini mendorong Beijing untuk mengenakan bea balasan atas impor AS dalam perang dagang yang semakin intensif antara dua ekonomi terbesar dunia.
"Situasi ini yang dikhawatirkan pelaku pasar akan menyebabkan resesi global," ujar Ibrahim.
Sebagai tanda lebih lanjut dari meningkatnya ketegangan, China telah memerintahkan maskapai penerbangannya untuk tidak menerima pengiriman jet Boeing lebih lanjut sebagai tanggapan atas keputusan AS untuk mengenakan tarif 145% pada barang-barang China. Mengutip Bloomberg News melaporkan pada hari Selasa kemarin.
Selain itu, data PDB menunjukkan ekonomi Tiongkok tumbuh 5,4% tahun-ke-tahun di Q1, lebih dari ekspektasi 5,2%. Pertumbuhan PDB kuartal ke kuartal berada di angka 1,2%, sedikit meleset dari ekspektasi 1,4%. Hal ini menjadi sentimen positif yang membantu pelemahan kurs rupiah terhadap dolar sangat tipis hari ini.
"Angka PDB yang kuat muncul setelah serangkaian langkah agresif dari Beijing hingga akhir tahun 2024, saat pemerintah bergerak untuk menopang pertumbuhan ekonomi lokal," jelas Ibrahim.
Namun, angka PDB tersebut menutupi potensi hambatan bagi Tiongkok dari perang dagang yang sengit dengan AS, yang kemungkinan akan membebani pertumbuhan di kuartal II 2025. Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif kumulatif sebesar 145% terhadap Tiongkok, yang memicu pungutan balasan sebesar 125% dari Beijing.(Adhitya)

Sumber : admin