Iran Luncurkan Serangan ke Israel, Bursa Wall Street Terjerembab; Nasdaq Anjlok 1,5%
Wednesday, October 02, 2024       04:31 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street berakhir di zona merah, Selasa, dengan Nasdaq merosot lebih dari 1%, karena investor semakin berhati-hati setelah Iran menembakkan rudal ke Israel.
Dow Jones Industrial Average ditutup turun 173,18 poin, atau 0,41%, menjadi 42.156,97, S&P 500 melorot 53,73 poin, atau 0,93%, jadi 5.708,75 dan Nasdaq Composite Index anjlok 278,81 poin, atau 1,53%, menjadi 17.910,36, demikian laporan  Reuters  dan  Investing,  di New York, Selasa (1/10) atau Rabu (2/10) pagi WIB.
Pada sesi Senin, tiga indeks utama Wall Street itu mencetak kenaikan kuat untuk September dan untuk kuartal tersebut.
Indeks volatilitas pasar CBOE , pengukur rasa takut Wall Street, melambung 2,53 poin atau 15,12% menjadi 19,26.
Iran meluncurkan salvo rudal balistik sebagai balasan atas kampanye Israel terhadap sekutu Teheran, Hizbullah. Sebagai tanggapan, Presiden Joe Biden memerintahkan militer Amerika Serikat untuk membantu pertahanan Israel dan menembak jatuh rudal yang ditujukan ke Israel, kata Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Ketika pasar yang lebih luas tersungkur, saham perusahaan energi melesat seiring dengan harga minyak AS, yang ditutup melejit 2,4%. Saham Exxon Mobil melambung 2,3%.
Saham pertahanan juga berkibar, termasuk Northrop Grumman, yang melonjak 3%, dan Lockheed Martin, menanjak 3,6%. Indeks kedirgantaraan dan pertahanan S&P 500 meroket ke rekor tertinggi. Utilitas menguat 0,8%.
Saham maskapai penerbangan terjerembab, termasuk Delta Air Lines, yang jatuh 1,6%.
Investor menghindari risiko menyusul berita Timur Tengah, tetapi indeks Wall Street mampu bangkit dari posisi terendahnya sesi itu.
"Jika terjadi eskalasi lebih lanjut, saya bisa melihat pelemahan pasar yang berkelanjutan karena kita tidak tahu sejauh mana ini akan beranjak," kata Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia.
"Tingkat risiko meningkat. Pasar mengalami tahun yang baik dan orang-orang bisa keluar dari pasar tergantung pada apa yang terjadi selama beberapa pekan ke depan."
Data yang dirilis Selasa pagi menunjukkan lowongan pekerjaan Amerika Serikat meningkat sepanjang Agustus, sementara laporan Institute for Management Supply (ISM) memperlihatkan aktivitas manufaktur berada di 47,2 pada September, dibandingkan perkiraan 47,5.
Investor juga berhati-hati menjelang data klaim pengangguran AS, Kamis, dan payrolls bulanan, sehari berselang.
Trader memperkirakan peluang 38% bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan November, naik dari spekulasi sekitar 35%, Senin, tetapi menyusut dari 58% seminggu lalu, menurut FedWatch Tool CME Group.
The Fed memangkas suku bunga 50 basis poin pada 18 September, memulai siklus pelonggaran baru.
Investor juga memantau aksi mogok buruh pelabuhan di Pantai Timur dan Pantai Teluk, yang menghentikan aliran sekitar setengah dari pengiriman laut Amerika.
Pemogokan yang dimulai pada Selasa itu diperkirakan tidak akan menyebabkan masalah pasokan global sedalam atau separah selama pandemi Covid-19, tetapi masih menciptakan lebih banyak ketidakpastian ekonomi bagi perumus kebijakan Fed untuk melakukan penilaian.
Volume di Wall Street tercatat 13,16 miliar saham, dibandingkan rata-rata 11,98 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir. (ef)
Saham berkinerja terbaik di Dow
-Chevron (1,65%)
-Boeing (1,43%)
-Merck & Co (1,04%)
Saham berkinerja terburuk
-Intel (-3,28%)
-Apple (-2,91%)
-Microsoft (-2,23%)
Saham berkinerja terbaik di S&P 500
-Paychex (4,92%)
-APA Corp (4,91%)
-ConocoPhillips (3,88%)
Saham berkinerja terburuk
-Super Micro Computer (-90,26%)
-Humana (-11,77%)
-Etsy Inc (-5,82%)
Saham berkinerja terbaik di Nasdaq
-Brainstorm Cell Therapeutics (1.313,04%)
-Paranovus Entertainment Tech (92,93%)
-Jowell Global (41,11%)
Saham berkinerja terburuk
-Super Micro Computer (-90,26%)
-Gritstone Oncology (-62,07%)
-Applied DNA Sciences Inc (-47,08%)

Sumber : Admin