Investor Global Berniat Lepas Kepemilikan Saham AS - Survei BofA
Tuesday, April 15, 2025       15:49 WIB

Ipotnews - Investor global seperti berlomba memangkas kepemilikan mereka atas saham-saham AS dengan jumlah yang mencapai rekor dalam dua bulan terakhir. Tren tersebut kemungkinan akan terus berlanjut karena sejumlah manajer mengatakan bahwa mereka berencana untuk terus mengurangi eksposur mereka.
Hasil survei bulanan BofA Global Research, Selasa (15/4), yang dikutip  Reuters,  memperlihatkan, survei terhadap para manajer investasi itu 36% memberi penilaian  underweight  pada saham AS, terbesar dalam hampir dua tahun terakhir. Angka tersebut telah melorot 53 poin persentase sejak Februari, penurunan terbesar dalam catatan BofA.
Mayoritas responden berpendapat bahwa perang dagang yang memicu resesi global menjadi risiko terbesar bagi pasar.
Aksi tarif agresif Presiden AS Donald Trump telah memicu aksi jual aset AS, termasuk saham, dolar, dan obligasi negara. Pasar rebound pada hari Senin, tetapi indeks S&P 500 masih turun sekitar 8% sepanjang tahun ini.
BofA mensurvei 164 investor dengan dana kelolaan sebesar USD386 miliar.
Hasil survei tersebut juga menunjukkan tanda-tanda kegelisahan, terutama mengenai aset-aset AS.
Sebanyak 42% responden mengatakan bahwa mereka memperkirakan akan terjadi resesi global, yang merupakan angka tertinggi sejak Juni 2023 dan merupakan angka tertinggi keempat dalam 20 tahun terakhir.
Selain itu, 73% responden mengatakan bahwa mereka berpikir tema "keistimewaan AS" telah mencapai puncaknya - ide ini telah menggerakkan pasar dalam beberapa bulan terakhir - dan terkait hal ini, 49% mengatakan bahwa mereka berpikir bahwa perdagangan yang paling ramai di pasar saat ini adalah " long gold " yang menggeser pertaruhan pada saham raksasa teknologi AS untuk pertama kalinya dalam 24 bulan terakhir.
Sebanyak 61% memperkirakan bahwa dolar AS akan terdepresiasi dalam 12 bulan ke depan, yang merupakan angka tertinggi sejak Mei 2006.  Greenback  telah jatuh tajam terhadap mata uang-mata uang lain dalam beberapa minggu terakhir. Euro, yen Jepang, dan franc Swiss yang semuanya menguat tajam terhadap dolar AS. (Reuters)

Sumber : admin