Inflasi AS Bulan Januari Kemungkinan Sedikit Melandai, Rupiah Ditutup Menguat
Monday, February 12, 2024       16:00 WIB

Ipotnews - Inflasi Amerika Serikat bulan Januari diprediksi sedikit melandai, membuat kurs rupiah ditutup menguat terhadap dolar di awal pekan ini.
Mengutip data Bloomberg, Senin (12/2) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp15.594 per dolar AS, menguat 41 poin atau 0,26% dibandingkan Rabu sore (7/2) di level Rp15.635 per dolar AS.
Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa Indeks dolar AS melemah hari ini. "Pasar Tiongkok, Singapura, Korea Selatan, dan Hong Kong tutup untuk libur Tahun Baru Imlek, sedangkan pasar Jepang tutup untuk hari peringatan, membuat volume perdagangan terbatas," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, sore ini.
Sementara dolar AS turun sedikit menjelang data inflasi utama yang dirilis minggu ini. "Data CPI untuk bulan Januari akan dirilis pada hari Selasa besok dan diperkirakan menunjukkan sedikit penurunan inflasi," ujar Ibrahim.
Namun tekanan harga diperkirakan masih akan tetap relatif stabil, dengan angka CPI inti khususnya akan tetap jauh di atas target tahunan Federal Reserve sebesar 2%. Ini adalah sebuah skenario yang memberikan dorongan lebih besar bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Di luar data inflasi, pidato dari beberapa pejabat Fed, termasuk Neel Kashkari, Mary Daly dan Ralph Bostic juga akan disampaikan minggu ini. Pejabat bank sentral diperkirakan akan lebih meremehkan spekulasi penurunan suku bunga lebih awal.
"Menurunnya spekulasi mengenai pelonggaran moneter lebih awal oleh The Fed telah memukul mata uang Asia dalam beberapa sesi terakhir, dan membuat dolar berada dalam level puncaknya dalam tiga bulan," tambah Ibrahim.
Deputi Gubernur Bank of Japan Shinichi Uchida mengatakan bahwa pengurangan sikap ultra-dovish bank tersebut akan dilakukan secara bertahap. Meskipun Uchida mengisyaratkan berakhirnya rezim suku bunga rendah BOJ, komentarnya membuat para pedagang mengabaikan peluang kenaikan suku bunga yang cepat oleh BOJ.
Skenario seperti itu menjadi pertanda buruk bagi mata uang yen, yang terpukul oleh semakin besarnya kesenjangan antara suku bunga lokal dan suku bunga AS selama dua tahun terakhir. (Adhitya)

Sumber : admin