Harga Minyak Meroket Setelah AS Jatuhkan Sanksi Lebih Keras Terhadap Minyak Rusia
Saturday, January 11, 2025       07:41 WIB

Ipotnews - Harga minyak melonjak hampir 3% pada hari Jumat (10/1) akhir pekan ini, mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terakhir, karena pedagang bersiap menghadapi gangguan pasokan akibat paket sanksi AS terbaru yang menyasar pendapatan minyak dan gas Rusia.
Pemerintahan Presiden Joe Biden memberlakukan sanksi baru yang menargetkan produsen minyak Rusia, kapal tanker, perantara, pedagang, dan pelabuhan, dengan tujuan mengganggu seluruh rantai produksi dan distribusi minyak Moskow.
Kontrak berjangka Brent ditutup pada $79,76 per barel, naik $2,84 atau 3,7%, setelah sempat melampaui $80 per barel untuk pertama kalinya sejak 7 Oktober. Kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik $2,65 atau 3,6%, menjadi $76,57 per barel, juga mencapai level tertinggi dalam tiga bulan. Pada puncak sesi, kedua kontrak naik lebih dari 4% setelah pedagang di Eropa dan Asia menyebarkan dokumen yang tidak terverifikasi terkait sanksi tersebut.
Sumber di perdagangan minyak Rusia dan kilang di India mengatakan kepada Reuters bahwa sanksi ini akan sangat mengganggu ekspor minyak Rusia ke pembeli utama seperti India dan China.
"India dan China sedang mencari alternatif saat ini," kata Anas Alhajji, mitra pengelola di Energy Outlook Advisors, dalam sebuah video yang diposting di media sosial X.
Sanksi ini diperkirakan akan mengurangi volume ekspor minyak Rusia dan membuatnya lebih mahal, menurut analis UBS, Giovanni Staunovo. Dia menambahkan bahwa waktu pemberlakuan sanksi ini, hanya beberapa hari sebelum pelantikan Presiden terpilih Donald Trump, kemungkinan besar membuat Trump akan mempertahankan sanksi tersebut dan menggunakannya sebagai alat negosiasi untuk perjanjian damai Ukraina.
Harga minyak juga didukung oleh cuaca dingin ekstrem di AS dan Eropa yang meningkatkan permintaan minyak pemanas, kata Alex Hodes, analis di perusahaan pialang StoneX.
"Kami memiliki beberapa pelanggan di Pelabuhan New York yang melihat peningkatan permintaan untuk minyak pemanas," ujar Hodes. "Kami juga melihat adanya permintaan pada bahan bakar pemanas lainnya," tambahnya.
Kontrak berjangka diesel sulfur ultra-rendah AS, yang sebelumnya dikenal sebagai kontrak minyak pemanas, naik 5,1% menjadi $105,07 per barel, level tertinggi sejak Juli.
"Kami memperkirakan peningkatan permintaan minyak global yang signifikan dari tahun ke tahun sebesar 1,6 juta barel per hari pada kuartal pertama 2025, yang terutama didorong oleh ... permintaan minyak pemanas, minyak tanah, dan LPG," tulis para analis JPMorgan dalam sebuah catatan pada hari Jumat.
(reuters)

Sumber : admin