Greenback Tersungkur ke Level Terendah 1 Bulan Versus Euro; Yen Bangkit
Wednesday, May 15, 2024       15:21 WIB

Ipotnews - Dolar tergelincir ke level terendah satu bulan terhadap euro, Rabu, di tengah penurunan imbal hasil US Treasury ketika trader bersiap menyambut laporan inflasi Amerika malam ini, yang dapat menentukan jalur kebijakan Federal Reserve.
Yen naik tipis terhadap greenback tetapi masih mendekati level terendah dalam dua pekan, karena kesenjangan imbal hasil antara obligasi lokal dan US Treasury terus mendorong aksi jual mata uang Jepang itu.
Euro naik 0,1% menjadi USD1,0826, dan sebelumnya melesat ke posisi USD1,0835 untuk pertama kalinya sejak 10 April, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Rabu (15/5).
Indeks Dolar AS (Indeks DXY) - yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, namun sangat bergantung pada euro - turun 0,11% menjadi 104,90, level terendah dalam 1,5 minggu.
Analis mengatakan risiko dolar condong ke sisi negatifnya setelah reaksi pasar terhadap data indeks harga produsen (PPI) Amerika, Selasa, menambahkan komponen CPI jasa inti akan menjadi kunci karena merupakan segmen yang menghasilkan kejutan positif.
Laporan harga konsumen inti, malam ini, diperkirakan menunjukkan CPI naik 0,3% (month-on-month) pada April, menyusut dari pertumbuhan 0,4% di bulan sebelumnya, menurut jajak pendapat  Reuters. 
"Meski kami memperkirakan (data CPI) akan tetap terlalu tinggi bagi Federal Reserve untuk merasa yakin bahwa waktunya telah tiba untuk mulai memangkas suku bunga, hal ini akan menandai langkah ke arah yang benar," kata Julien Lafargue, analis Barclays Private Bank, yang memperkirakan proses disinflasi yang bergelombang akan terus berlanjut.
Harga konsumen Amerika yang lebih tinggi dari perkiraan pada kuartal pertama tahun ini adalah kekuatan pendorong bagi perhitungan ulang yang tajam terhadap laju pemotongan suku bunga the Fed, dengan spekulasi kini dikurangi menjadi sekitar 44 basis poin untuk penurunan tahun ini.
Chairman Fed Jerome Powell memberikan penilaian bullish, Selasa, mengenai kondisi perekonomian Amerika, dengan prospek pertumbuhan yang terus berada di atas tren dan keyakinan terhadap perlambatan inflasi, meskipun terkikis oleh data terbaru, namun sebagian besar tetap utuh.
Dolar turun 0,29% menjadi 155,99 yen, Rabu, namun melesat setingginya ke posisi 156,80 tadi malam.
Lonjakan dolar ke level tertinggi dalam 34 tahun di 160,245 yen pada 29 April memicu dua putaran pembelian yen secara agresif yang diduga dilakukan oleh BOJ dan Kementerian Keuangan Jepang.
BofA mengatakan Kementerian Keuangan diduga melakukan intervensi pada 29 April di 159,4 yen per dolar, dan 1 Mei di 157,5 yen.
"BoJ berharap rilis CPI Amerika malam ini sejalan dengan ekspektasi untuk menghindari perlunya pembicaraan yang sulit besok mengenai kapan waktu yang tepat untuk memulai intervensi putaran ketiga - mengingat dua putaran terakhir belum membalikkan nasib yen," ujar Tony Sycamore, analis IG.
Di tempat lain, yuan bangkit kembali dari level terendahnya dalam dua minggu terhadap dolar, karena laporan mengenai kemungkinan rencana untuk mengurangi kelebihan pasokan perumahan di negara tersebut meningkatkan sentimen, melampaui keputusan Presiden AS Joe Biden untuk mengenakan kenaikan tarif yang besar pada berbagai barang asal China.
Dolar turun 0,22% menjadi 7,2222 yuan di perdagangan offshore.
Mata uang antipodean juga diuntungkan oleh optimisme China, dengan dolar Australia menguat 0,28% menjadi USD0,6648 setelah sebelumnya mencapai USD0,6651 untuk pertama kalinya sejak 8 Maret. (ef)

Sumber : Admin