Dolar Pertahankan Keperkasaan Jelang Data Payrolls, Sterling Terperosok
Friday, January 10, 2025       14:51 WIB

Ipotnews - Dolar bertahan stabil di Asia, Jumat, dan tampaknya akan melanjutkan keperkasaan mingguan terpanjangnya dalam lebih dari setahun, didukung kenaikan imbal hasil obligasi dan ekspektasi serangkaian angka pekerjaan Amerika yang kuat lainnya.
Dolar naik 0,5% terhadap yen pekan ini untuk dibeli 158,405 yen dan hampir 1% terhadap poundsterling yang sedang merana, terpukul ke level terendah dalam 14 bulan bersamaan dengan aksi jual surat utang pemerintah dan kekhawatiran tentang keuangan Inggris.
Greenback bersiap untuk mencetak pekan yang relatif stabil terhadap euro, sekitar USD1,0289, serta mencatat sedikit kenaikan versus dolar Australia dan Selandia Baru, demikian laporan  Reuters , di Singapura, Jumat (10/1).
Indeks Dolar (Indeks DXY) bersiap untuk membukukan kenaikan mingguan keenam berturut-turut, apresiasi terpanjang sejak penguatan 11 minggu pada 2023, karena Amerika Serikat mengungguli ekonomi di tempat lain.
Indeks tersebut relatif stabil di Asia untuk mencetak kenaikan mingguan 0,4% menjadi 109,33.
"Kami ragu dolar perlu mengembalikan sebagian besar keuntungannya baru-baru ini," kata Chris Turner, Global Head of Markets ING, yang mencatat guncangan pada long position sterling dan risiko kenaikan dolar dari data pekerjaan AS yang akan dirilis malam ini.
"Meski ada risiko aksi ambil untung, (Indeks DXY) menemukan dukungan yang baik di bawah 108 awal minggu ini."
Sterling turun 0,23% menjadi USD1,2278, setelah menyentuh level terendah 14 bulan di USD1,2239, Kamis. Dolar Australia dan Selandia Baru mendekati level terendah multi-tahun, dengan Aussie - terakhir di posisi USD0,61905 - hampir menembus level terendah 2022 di USD0,6170.
Dolar Selandia Baru menguji level terendah 2022 di USD0,5512 dan terakhir di USD0,5587.
Payrolls Amerika
Data penggajian non-pertanian AS diperkirakan menunjukkan ekonomi menambah 160.000 pekerjaan sepanjang Desember, di atas 227.000 pada November, dengan pengangguran bertahan di 4,2%.
Hasil apa pun yang lebih kuat akan menambah kasus bagi lebih sedikit pemotongan suku bunga Federal Reserve, dan dapat memicu putaran penjualan lain di pasar obligasi.
Kamis, Presiden Fed Philadelphia, Patrick Harker, mengatakan dia memperkirakan bank sentral AS akan memangkas suku bunga, tetapi menambahkan bahwa pemotongan yang harus segera dilakukan tidak diperlukan.
Pasar mengurangi ekspektasi untuk pemotongan suku bunga AS pada 2025 menjadi sekitar 40 basis poin, sementara kekhawatiran tentang agenda inflasi yang berpotensi dilakukan Presiden terpilih Donald Trump membantu mendorong kenaikan imbal hasil jangka panjang.
"Fakta bahwa bank sentral mengatakan mereka akan memangkas suku bunga dilihat oleh pasar sebagai konfirmasi bahwa inflasi terkendali," kata Alexis Lavergne, analis Janus Henderson Investors.
"Ini kemungkinan menjadi risiko yang harus dihadapi pelaku pasar ke depannya, terutama mengingat kebijakan fiskal pro-pertumbuhan yang diusulkan Presiden Trump untuk masa jabatan keduanya, yang kemungkinan bersifat inflasioner."
Imbal hasil US Treasury 10- tahun naik hampir 9 basis poin minggu ini menjadi 4,68% dan melonjak 96 bps sejak pertengahan September.
Sementara, imbal hasil surat utang Inggris bertenor 10 tahun meningkat 22 bps pekan ini menjadi 4,805%. (ef)

Sumber : Admin