Data Inflasi PCE AS Januari Melandai, Rupiah Menguat Terbatas di Akhir Pekan
Friday, March 01, 2024       16:02 WIB

Ipotnew - Kurs rupiah ditutup melemah terhadap dolar setelah data inflasi PCE Amerika Serikat bulan Januari 2024 melandai dibandingkan Desember 2023.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (1/3) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp15.704 per dolar AS, menguat 15 poin atau 0,10% dibandingkan Kamis sore (29/2) di level Rp15.719 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan indeks dolar AS melemah hari ini. "Ini karenadata indeks harga PCE ukuran inflasi pilihan The Fed turun seperti yang diharapkan pada bulan Januari," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, sore ini.
Semalam, AS telah melaporkan data inflasi (Personal Consumption Expenditure) pada Januari 2024 tercatat 2,4% secara tahunan (yoy) dan mencapai 0,3% secara bulanan (mtm). Angka bulanan lebih tinggi dari periode Desember 2023 yang tumbuh 0,1%, namun secara tahunan lebih rendah dari Desember 2023 yang tumbuh 2,6%.
Angka PCE sejalan dengan ekspektasi pasar, yang memperkirakan inflasi PCE tumbuh 0,3% (mtm) dan 2,4% (yoy). Inflasi PCE inti, yang tidak memperhitungkanharga makanan dan energi yang bergejolak, tercatat 0,4% (mtm) dan 2,8% (yoy) juga sesuai dengan ekspektasi.
Angka tersebut memicu harapan bahwa inflasi akan turun dalam beberapa bulan mendatang . Hal ini bisa memberikan dorongan yang cukup bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga pada bulan Juni.
"Namun alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang hanya sedikit meningkatkan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga pada bulan Juni, sementara separuhnya tetap memperkirakan suku bunga tetap stabil," ujar Ibrahim.
Sejumlah pejabat Fed juga memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi akan membuat bank sentral tidak terburu-buru untuk mulai melonggarkan kebijakannya yang menunjukkan bahwa kenaikan inflasi di masa depan kemungkinan akan mengurangi prospek penurunan suku bunga di bulan Juni.
Sementara itu, data resmi PMI menunjukkan sektor manufaktur Tiongkok menyusut selama lima bulan berturut-turut di bulan Februari. Data yang lemah ini sebagian besar mengimbangi data yang menunjukkan beberapa perbaikan dalam aktivitas non-manufaktur, meskipun peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh belanja konsumen yang lebih tinggi selama liburan Tahun Baru Imlek
"Sebuah tren yang mungkin akan berkurang dalam beberapa bulan mendatang," tambah Ibrahim.
Di dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2024 inflasi sebesar 0,37% secara bulanan (mtm) dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,58. Sedangkan, tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2024 terhadap Februari 2023) tercatat 2,75% dan tingkat inflasi tahun kalender (Februari 2024 terhadap Desember 2023) sebesar 0,41%.
Ini sedikit membatasi laju penguatan rupiah hari ini. "Tingkat inflasi bulanan Februari 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama di tahun lalu," pungkas Ibrahim. (Adhitya)

Sumber : admin