Arus Berbalik Menuju Emerging Market, Rasio Indeks MSCI EM dan S&P 500 Semakin Turun
Wednesday, October 02, 2024       16:41 WIB

Ipotnews - Pemangkasan suku bunga Federal Reserve dan melemahnya dolar membuka pintu menuju periode dimana ekuitas  emerging market  mengungguli saham-saham Amerika Serikat (AS).
Pertumbuhan dan suku bunga yang tadinya mendukung dolar "kini memuncak dan bergerak mendukung pasar-pasar di luar AS," ujar Jitania Kandhari, wakil kepala investasi dan kepala riset ekonomi makro  emerging market  Morgan Stanley Investment Management, New York.
"Fundamental makro secara keseluruhan terlihat bagus" untuk  emerging market , imbuhnya seperti dikutip Bloomberg, Rabu (2/10). Kandhari tetap berpegang teguh pada seruannya bahwa tahun 2020-an masih merupakan "dekade EM", bahkan setelah periode yang mengecewakan.
Indeks MSCI Emerging Markets naik 11% sepanjang tahun ini, mengekor S&P 500 - yang naik 20% - untuk tahun keenam berturut-turut per 24 September lalu. Hal ini menyebabkan rasio antara kedua indeks tersebut turun ke level terendah sejak tahun 1980an, ketika investor pertama kali mulai memperlakukan EM sebagai kelas aset yang berbeda.
"Saya terus bersikap konstruktif," kata Kandhari. "Pandangan saya adalah bahwa ini adalah kelas aset untuk dekade ini."
Indeks ekuitas MSCI EM naik untuk hari kelima, pada Rabu ini, dan diperdagangkan pada level tertinggi sejak April 2022.
Perbedaan suku bunga antara AS dan negara lain di dunia telah menguntungkan AS selama bertahun-tahun karena the Fed telah mengetatkan kebijakan lebih cepat. Sementara itu, stimulus fiskal dari Washington juga menyebabkan perbedaan pertumbuhan yang menguntungkan AS dan dolar, kata Kandhari.
Ia berpendapat bahwa suku bunga Treasury 10 tahun dengan imbal hasil 4% akan masuk akal dan "menjadi lingkungan yang cukup baik untuk aset-aset EM."
Menurutnya, bank-bank sentral negara berkembang yang sampai saat ini "hanya mencoba untuk mengawasi the Fed" akan merasa kurang dibatasi dalam memangkas suku bunga mereka sendiri, setelah Federal Reserve bergerak.
Ekuitas negara berkembang sejauh dekade ini telah menunjukkan "imbal hasil relatif yang mengecewakan pada level indeks agregat" karena perang di Ukraina dan  booming  saham-saham AS yang terkait dengan kecerdasan buatan, kata Kandhari.
Ia mengaku ekuitas India tetap menjadi saham yang paling banyak dipilihnya, tetapi ia tidak meningkatkan eksposurnya. Indeks acuan Sensex India telah melonjak 18% tahun ini.
"Kisah India masih memiliki lanjutan," katanya, dan mengekspektasikan lebih banyak pembelian oleh investor asing. "Data aliran dana di India dari sisi investor asing cukup suram. Aliran dana domestiklah yang menyebabkan likuiditas membeli ekuitas di pasar."
Ia mengaku juga memiliki "kantong-kantong di Asia Tenggara" dan menyukai Eropa Timur, di mana reksadana Uni Eropa mendukung kinerja ekuitas. Kandhari juga menyukai aset-aset tertentu di Amerika Latin.
Tapi Khandari tetap pesimistis terhadap prospek Cina. Indeks acuan Hang Seng melesat dengan kenaikan terbesarnya sejak Maret, pada Selasa kemarin, setelah bank sentral meluncurkan paket langkah-langkah stimulus yang luas, termasuk pemangkasan suku bunga dan dukungan likuiditas untuk saham. Indeks ini memperpanjang kenaikannya pada hari Rabu.
"Tren struktural di China masih menurun," katanya, dengan mengacu pada utang dan kapasitas yang berlebihan dalam perekonomian yang menciptakan kekuatan deflasi, dan "benar-benar menahan sisi nominal pertumbuhan." (Bloomberg)


Sumber : admin