-
Apa yang Perlu Diinvestasikan Dalam TDPP (Tabungan Dana Pensiun Pribadi)?
Thursday, November 21, 2024 18:48 WIB
Dalam banyak artikel yang lalu kita telah sering menyinggung tentang TDPP (Tabungan Dana Pensiun Pribadi). Berbeda dengan JHT (Jaminan Hari Tua) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) yang iurannya secara otomatis dipotong dari gaji yang bulanan yang kita terima, dan diinvestasikan oleh BPJS tanpa campur tangan sedikitpun oleh karyawan peserta JHT, investasi dalam TDPP harus dilakukan sendiri oleh masing-masing karyawan.
Istilah TDPP (Tabungan Dana Pensiun Pribadi) adalah istilah yang kami buat sendiri untuk padanan istilah IRA (Individual Retirement Account) yang banyak dipakai untuk perencanaan pensiun di Amerika Serikat (US). Di AS, IRA ( Individual Retirement Account ) merupakan istilah hukum (legal) karena datangnya melalui undang-undang ( law ) dan memiliki beberapa manfaat pajak yang berguna bagi individu yang menyimpan dana pensiun di dalamnya.
Tetapi, untuk kita di Indonesia, cukuplah kalau kita menyebut TDPP sebagai tabungan dana pensiun pribadi, sebagai tambahan atas tabungan dana pensiun wajib dalam JHT yang diselenggarakan oleh pemerintah. Untuk perbandingan yang lebih lengkap dengan system dana pensiun di US, dana pensiun dalam JHT dapat dipersamakan dengan rule 401(k) di US.
Sekarang, kita telah memutuskan untuk memiliki TDPP (Tabungan Dana Pensiun Pribadi) sebagai tambahan atas Tabungan dana pensiun wajib melalui JHT. Investasi apakah yang seharusnya kita lakukan?
Perlu diingat di sini bahwa kita ingin menginvestasikan Dana Pensiun yang sifatnya jangka panjang. Jika Anda adalah seorang karyawan yang baru lulus kuliah dan baru memulai karir, katakanlah sekarang berusia 25 tahun, maka sampai dengan usia pensiun (saat ini pada usia 58 tahun), Anda memiliki 33 tahun sebagai jangka waktu investasi ( investment horizon ).
Setelah pensiun pada usia 58 tahun pun, Anda masih dapat berharap untuk tetap hidup sampai dengan 70 tahun untuk Wanita dan 68 tahun untuk pria. Ini adalah usia harapan hidup penduduk Indonesia menurut BPS atau Biro Pusat Statistik. (Dalam perencanaan pensiun, seringkali diasumsikan bahwa subjek akan tetap hidup sampai dengan usia 90 tahun, atau bahkan lebih. Dengan demikian, investasi Dana Pensiun pun harus menyesuaikan dengan usia harapan hidup yang lebih panjang tersebut).
Jadi, di sini kita akan berfokus pada investasi Dana Pensiun yang memiliki porsi besar dalam instrumen ekuitas (saham-saham) lebih dahulu. Dengan berjalannya waktu, ketika usia kita semakin mendekati usia pensiun, kita akan mengalihkan investasi kita ke dalam instrumen pendapatan tetap ( obligasi ) dan istrumen pasar uang ( money market ).
Walau pun fokus kita sudah beralih dari pertumbuhan ( growth ) ke stabilitas ( stability ) dan keamanan ( safety ), perlu diingat bahwa usia yang akan kita habiskan dalam masa pensiun masih panjang. Kita mungkin akan menghabiskan masa pensiun kita selama tiga puluh tahun, atau bahkan lebih, kalau kita dianugrahi umur panjang.
Investasi dalam aset-aset keuangan kita pilih karena investasi ini mudah didapatkan, harganya murah, dan dapat dipindah-tangankan dengan segera. Investasi dalam aset keuangan sangat cocok untuk mereka yang baru pertama kali berinvestasi karena hanya membutuhkan jumlah dana yang kecil saja, tetapi akan mendapatkan manfaat yang besar. Walau pun demikian, investasi dalam aset keuangan bukan satu-satunya investasi yang dapat dipilih oleh investor.
Anda Sebagai Pemodal
Sebagai pemodal ( investor ) di pasar modal (pasar saham dan pasar obligasi), Anda dapat memilih untuk berinvestasi sendiri, atau berinvestasi secara kolektif menggunakan jasa Manajer Investasi untuk menginvestasikan uang Anda.
Khusus untuk investasi kolektif, Anda dapat memilih Reksadana Konvensional atau Reksadana Bursa (ETF). Reksadana konvensional adalah reksadana yang telah kita kenal selama ini, yaitu: (1) reksadana ekuitas, (2) reksadana pendapatan tetap, (3) reksadana campuran, dan (4) reksadana pasar uang. Reksadana Bursa (ETF) adalah reksadana yang Unit Penyertaannya diperdagangkan di Bursa.
Anda memilih untuk berinvestasi sendiri
Jika Anda memilih untuk berinvestasi sendiri, Anda harus memiliki ketrampilan untuk menganalisis saham atau obligasi yang Anda pilih, kemudian Anda harus memiliki cukup banyak uang untuk membeli banyak saham-saham atau obligasi-obligasi untuk tujuan diversifikasi. Di atas semua hal itu, Anda harus memiliki cukup banyak waktu untuk memonitor perkembangan harga saham dan obligasi di dalam portofolio yang Anda pilih.
Anda memilih untuk berinvestasi dalam reksadana
Jika Anda tidak memiliki cukup keahlian untuk menganalisis saham (atau obligasi), atau tidak memiliki cukup banyak uang untuk melakukan diversifikasi investasi, atau pun tidak memiliki cukup waktu untuk memonitor saham-saham (atau obligasi-obligasi) yang Anda beli, maka Anda dapat berinvestasi melalui reksadana.
Investasi dalam reksadana merupakan investasi kolektif melalui Manajer Investasi, demikian pula dengan administrasi dan penyimpanan surat-surat berharga serta perhitungan nilainya dilakukan oleh Bank Kustodian. Tidak ada cara apa pun yang dapat dilakukan oleh nasabah untuk menentukan saham-saham (atau obligasi-obligasi) yang harus dibeli oleh Manajer Investasi.
Anda memilih untuk berinvestasi dalam reksadana bursa (ETF)
Reksadana Bursa adalah reksadana yang Unit Penyertaannya diperdagangkan di Bursa efek, sama seperti saham-saham biasa ( common stock ). Ada dua varian dari Reksadana Bursa yang saat ini beredar: ETF pasif dan ETF aktif. Komposisi portofolio ETF pasif mengikuti komposisi indeks yang menjadi acuannya (Manajer Investasi tidak berhak menentukan portofolio ETF), sementara itu di dalam ETF aktif, Manajer Investasi berhak menentukan saham-saham (atau obligasi-obligasi) yang akan masuk di dalam ETF aktif.
Di samping pembagian ETF berdasarkan aktif atau pasif, ada juga yang membagi ETF berdasarkan portofolio yang dimilikinya, ETF ekuitas dan ETF obligasi. ETF ekuitas misalnyayang diterbitkan oleh PT Indo Premier Sekuritas dan berinvestasi secara pasif mengikuti Indeks LQ45 dari BEI. ETF Obligasi misalnya adalah Asean Bond Fund yang diterbitkan oleh Bahana TCW Sekuritas.
Bagaimana Toleransi Resiko Mempengaruhi Jumlah yang Dialokasikan ke dalam Saham-Saham
Investasi dalam aset keuangan dapat dibagi dalam tiga instrumen: ekuitas, pendapatan tetap, dan pasar uang. Investasi dalam instrumen ekuitas bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ( growth ), investasi dalam instrumen pendapatan tetap bertujuan untuk mencapai kestabilan ( stability ), sementara investasi dalam instrumen pasar uang bertujuan untuk mencapai keamanan ( safety ).
Toleransi resiko menunjukkan berapa banyak investasi kita nilainya dapat jatuh tanpa mempengaruhi sikap kita. Orang yang memiliki toleransi resiko yang besar akan sanggup untuk melihat nilai investasinya jatuh dalam jumlah besar dalam waktu singkat, dan tidak segera menjual semua investasinya yang merugi. Sebaliknya, orang yang toleransi resiko kecil ( risk averse ) akan menghindari investasi dalam instrument-instrumen beresiko tinggi seperti saham-saham.
Bagaimana Usia Pemodal Mempengaruhi Jumlah Investasi Dalam Saham-Saham
Di samping faktor toleransi resiko, faktor usia pemodal juga mempengaruhi jumlah investasinya dalam saham-saham ( instrument bersifat ekuitas ). Orang berusia muda cenderung lebih lekas panik, dan menjual saham-saham miliknya ketika harga-harga saham mengalami koreksi.
Sebaliknya orang yang sudah lebih tua biasanya bersikap lebih tenang dan tidak mudah panik ketika melihat harga-harga saham miliknya mengalami penurunan. Kejatuhan harga-harga saham lebih sering dilihat sebagai bagian dari siklus peregerakan harga yang akan kembali normal setelah keadaan pasar saham membaik.
Bagaimana Situasi Keuangan Mempengaruhi Jumlah Investasi dalam Saham-Saham
Situasi keuangan juga dapat mempengaruhi jumlah investasi dalam saham-saham. Seseorang yang nilai investasi sahamnya hanya berjumlah relatif kecil dibandingkan dengan total harta yang dimilikinya, tentu akan lebih tenang sikapnya walau pun harga saham-saham berjatuhan. Tetapi, bagi pemodal lain yang nilai investasi dalam saham adalah sebagian besar dari harta miliknya, tentu akan lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada investasi miliknya.
Oleh : Fredy Sumendap, CFA
Sumber : IPS