Ancaman Pasokan Global Meningkat, Minyak Sentuh Level Puncak 2024
Wednesday, April 03, 2024       04:04 WIB

Ipotnews - Harga minyak melesat, Selasa, setelah serangan Ukraina terhadap fasilitas energi Rusia dan meningkatnya konflik di Timur Tengah mendorong Brent di atas USD89 untuk pertama kalinya sejak Oktober.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Juni, patokan internasional, ditutup melonjak USD1,50, atau 1,7%, menjadi USD88,92 per barel, setelah menyentuh USD89,08, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (2/4) atau Rabu (3/4) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei, melambung USD1,44, atau sekitar 1,7%, menjadi USD85,15 per barel, setelah menyentuh USD85,46, yang juga merupakan level tertinggi sejak Oktober.
Pesawat tak berawak Ukraina menyerang salah satu kilang terbesar Rusia dalam sebuah serangan yang awalnya dikatakan Moskow dapat ditangkis.
Pabrik pemrosesan gas Astrakhan Rusia, yang dikendalikan raksasa energi Gazprom, juga menghentikan produksi produk minyak bumi setelah penghentian terkait perbaikan pada 30 Maret, kata perusahaan itu.
Analisis  Reuters  terhadap gambar yang menunjukkan dampak serangan tersebut memperlihatkan serangan menyasar unit penyulingan minyak utama kilang itu, yang menyumbang sekitar setengah dari total kapasitas produksi tahunan pabrik sebesar 340.000 barel per hari. Kerusakan tampaknya tidak serius.
Stok bensin dan solar di Rusia masih berada di tingkat yang tinggi, kata Moskow.
Rusia, salah satu dari tiga produsen minyak terbesar dunia dan salah satu eksportir produk minyak terbesar, menghadapi serangan Ukraina atas kilang minyak, dan sebaliknya juga menyerang infrastruktur energi Ukraina.
Di Timur Tengah, Iran bersumpah akan membalas Israel atas serangan udara yang menewaskan dua jenderal penting dan lima penasihat militer di kompleks kedutaan Iran di Damaskus.
Israel berperang melawan kelompok Palestina Hamas yang didukung Iran di Gaza, namun keterlibatan langsung Iran dapat memicu "konflik di seluruh kawasan dengan dampak yang masuk akal terhadap pasokan minyak," kata Tamas Varga, analis PVM.
"Meski ada kesibukan aktivitas diplomatik yang dimaksudkan untuk meredakan situasi, pasti ada kemungkinan respons Iran tidak akan terukur saat ini," kata Bob Yawger, Direktur Mizuho.
Stok minyak mentah dan produk AS diperkirakan melorot minggu lalu, menurut jajak pendapat  Reuters. 
Di tempat lain, sebuah organisasi ekologi mengatakan satelit Eropa melihat tumpahan minyak di Laut Kaspia bagian utara dekat ladang minyak Kashagan, di Kazakhstan.
Pasar juga menantikan pertemuan panel tingkat menteri OPEC +, Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan produsen sekutunya, Rabu. Panel tersebut kemungkinan tidak akan merekomendasikan perubahan apa pun dalam kebijakan produksi minyak, kata sumber OPEC + kepada  Reuters. 
Prospek permintaan meningkat karena data Maret menunjukkan ekspansi aktivitas manufaktur di China untuk pertama kalinya dalam enam bulan, dan di Amerika untuk kali pertama dalam satu setengah tahun. (ef)

Sumber : Admin