Ada Gangguan Global pada Komoditas, Ashmore Merekomendasikan Diversifikasi
Sunday, April 07, 2024       08:59 WIB

Ipotnews - Bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan pekan pertama April, Jumat (5/4), dengan kenaikan 0,45% menjadi 7.286,88, namun sedikit lebih rendah dari penutupan akhir pekan sebelumnya di level 7.289. Investor asing membukukan arus keluar ekuitas sebesar USD395 juta sepanjang pekan.
PT Ashmore Asste Management Indonesia mencata beberapa peristiwa yang mempengaruhi pergerakan indeks sahan acuan di pasar modala dalam dan luar negeri, antara lain;
- PMI sektor Jasa ISM, AS turun menjadi 51,4 pada Maret 2024 dari 52,6 pada Februari dan di bawah perkiraan 52,7. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan terlemah di sektor jasa dalam tiga bulan terakhir.
- Perkiraan awal IHK di Kawasan Euro turun menjadi 2,4% yoy pada Maret 2024, menyamai level terendah dalam 28 bulan terakhir dan jauh dari ekspektasi pasar sebesar 2,6%. IHK inti, tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, juga turun menjadi 2,9%, titik terendah sejak Februari 2022 dan di bawah perkiraan 3,0%.
- PMI Manufaktur Umum Caixin, China meningkat menjadi 51,1 pada Maret 2024 dari 50,9 pada bulan sebelumnya, mengalahkan estimasi pasar sebesar 51. Ini adalah pertumbuhan aktivitas pabrik selama lima bulan berturut-turut dan laju tercepat sejak Februari 2023.
- Indeks sentimen Tankan Bank of Japan di antara produsen besar turun menjadi plus 11 pada kuartal pertama tahun 2024 dari plus 13 pada kuartal sebelumnya, turun untuk pertama kalinya dalam satu tahun karena penutupan pabrik mobil dalam beberapa bulan terakhir sangat membebani.
- Reserve Bank of Australia mempertahankan suku bunga pada 4,35% pada rapat Maret lalu, seusai ekspektasi secara luas. Tanda-tanda pertumbuhan ekonomi telah melambat setelah kenaikan suku bunga sebesar 425bps selama dua tahun terakhir. Sementara itu, inflasi terus mereda di tengah moderasi harga-harga barang.
- Laju inflasi tahunan di Indonesia naik menjadi 3,05% pada Maret lalu, dari 2,75% di Februari, melampaui ekspektasi 2,91%, namun tetap berada di kisaran target BI sebesar 1,5 hingga 3,5%. Ini adalah tingkat inflasi tertinggi sejak Agustus lalu, dengan harga makanan naik paling tinggi dalam 18 bulan terakhir (7,43% vs 6,36%), di tengah bulan puasa Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri.
Dengan mencermati perkembangan selama sepekan terakhir, berikut pendapat Ashmore dalam  Weekly Commentary , Jumat (5/4);
Apa yang terjadi di minggu terakhir ini?
Ashmore mencatat, minggu ini IHSG ditutup lebih rendah dari minggu sebelumnya, terutama didorong oleh sektor Finansial dan Properti & Real Estate, yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar -3.51% dan -2.11% terhadap indeks. Pada minggu ini pasar melihat data pembukaan lapangan kerja dari Amerika Serikat yang sedikit lebih tinggi dari ekspektasi, namun sektor jasa mereka tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat dari bulan sebelumnya.
Inflasi inti Kawasan Eropa turun menjadi 2,9%, titik terendah sejak Februari 2022. Di sisi lain, PMI manufaktur Caixin China tumbuh menjadi 51,1, lebih tinggi dari bulan sebelumnya dan ekspektasi pasar.
"Kita juga melihat inflasi yang lebih tinggi di Indonesia dengan IHK umum sebesar 3,05% dan IHK inti sebesar 1,77%, lebih tinggi dari ekspektasi dan bulan sebelumnya," tulis Ashmore.
Masih mencermati pelemahan
Ashmore juga mencatat, minggu ini, beberapa pejabat the Fed mengindikasikan ekspektasi yang berbeda pada tingkat inflasi dalam waktu dekat, namun yang tetap konsisten adalah kebutuhan mereka untuk melihat data beberapa bulan lagi sebelum mengambil keputusan tingkat suku bunga.
"Namun, dengan inflasi yang kini jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu, the Fed berada dalam posisi yang lebih baik untuk merespons pelemahan yang tidak terduga di pasar tenaga kerja," ungkap Ashmore.
Rilis data pengangguran AS periode Maret, Jumat lalu, memperlihatkan adanya sedikit penurunan menjadi 3,8% dari 3,9% di Februari, mendekati ekspektasi 3,9%. "Kita juga menunggu rilis tingkat inflasi umum dan inflasi inti tahunan pekan depan, yang diperkirakan akan naik sekitar 3,4% dan turun sekitar 3,7%," imbuh Ashmore.
Selain itu, "Kami terus melihat adanya gangguan global pada komoditas, seperti kenaikan harga minyak baru-baru ini karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, dan kami merekomendasikan untuk tetap melakukan diversifikasi di antara ekuitas dan pendapatan tetap untuk mendapatkan keuntungan dari pivot yang telah diantisipasi pada tingkat suku bunga," tulis Ashmore lagi.
Ashmore berpendapat, ekuitas Indonesia tetap menarik karena ada kepercayaan yang lebih besar terhadap kebijakan pro-pertumbuhan dari pemerintah yang baru. Untuk saham, Ashmore merekomendasikan ASDN (1Y 6,40% per 4 Apr 2024) dan ADEN (1Y 4,17% per 4 Apr 2024), sedangkan untuk reksa dana pendapatan tetap, Ashmore merekomendasikan ADON (1Y 4,28% per 4 Apr 2024) dan ADUN (1Y 1,66% per 4 Apr 2024) untuk portofolio Anda. (Ashmore)


Sumber : Admin