Wall Street Menanjak, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor
Tuesday, October 07, 2025       09:17 WIB

NEW YORK , investor.id -Indeks-indeks saham Wall Street mayoritas menanjak pada Senin (6/10/2025). Bahkan, S&P 500 dan Nasdaq Composite mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH). Kenaikan itu didorong optimisme pasar terhadap meningkatnya aktivitas merger dan akuisisi (M&A) setelah dua kesepakatan besar diumumkan.
Dikutip dari CNBC internasional, indeks S&P 500 naik 0,36% dan berakhir di level 6.740,28. Sementara Nasdaq Composite yang sarat saham teknologi menguat 0,71% menjadi 22.941,67. Sebaliknya, Dow Jones Industrial Average melemah 0,14% (63,31) poin ke posisi 46.694,97, tertekan oleh penurunan saham Sherwin-Williams dan Home Depot.
Indeks Russell 2000 yang mewakili saham-saham berkapitalisasi kecil juga mencetak rekor, setelah untuk pertama kalinya menembus level 2.500. Indeks ini ditutup naik 0,4% ke 2.486,36.
Kinerja S&P 500 dan Nasdaq mendapat dorongan besar dari Advanced Micro Devices (AMD) yang melesat hampir 24%. Kenaikan tajam itu terjadi setelah AMD menjalin kesepakatan dengan perusahaan kecerdasan buatan (AI) milik Sam Altman, yang juga dikenal sebagai pemimpin ChatGPT.
Kesepakatan tersebut berpotensi membuat perusahaan AI Altman memiliki saham 10% di AMD, sementara AMD akan memanfaatkan prosesor grafis (GPU) baru yang diluncurkan secara bertahap selama beberapa tahun ke depan.
Sebaliknya, saham Nvidia, pesaing utama AMD di pasar GPU, justru tertekan usai pengumuman itu.
Saham Comerica juga melonjak hampir 14% setelah Fifth Third Bancorp menyepakati akuisisi bank regional tersebut senilai US$ 10,9 miliar dalam bentuk saham. Penggabungan ini akan membentuk bank terbesar kesembilan di Amerika Serikat (AS) berdasarkan total aset.
ETF SPDR S&P Regional Banking turut naik 1% karena investor memperkirakan lebih banyak aksi merger di sektor perbankan regional. Aktivitas M&A secara keseluruhan memang meningkat tahun ini, menambah sentimen positif di pasar saham.
Pandangan Optimistis
Senior Client Portfolio Manager di Zacks Investment Management Brian Mulberry mengatakan, ada pandangan optimistis terhadap pertumbuhan jangka panjang. "Lingkungan regulasi kini lebih ramah bagi bisnis dan perbankan, serta ekspektasi suku bunga akan turun sekitar 1,25% tahun depan membuat prospek keuntungan dari kesepakatan bisnis ini lebih cepat terealisasi," ungkapnya.
Meski pemerintah AS masih mengalami shutdown yang memasuki pekan kedua, investor tampak mengabaikan kekhawatiran tersebut. Kebuntuan politik di Kongres membuat sejumlah data ekonomi penting tertunda, termasuk laporan ketenagakerjaan (jobs report) September yang seharusnya dirilis pada Jumat lalu.
"Pasar saham saat ini menepis dampak shutdown dan lebih fokus pada optimisme laporan laba serta prospek pemangkasan suku bunga The Fed," kata Chief Investment Officer di Edwards Asset Management Robert Edwards.
Edwards menambahkan, setiap koreksi pasar akibat shutdown justru bisa menjadi momen belanja saham, semacam Investor Prime Day. "Kami tetap memperkirakan S&P 500 akan menembus 7.000 hingga akhir tahun ini," ucapnya.
Meski data ekonomi tertunda, pelaku pasar menantikan sejumlah pejabat Federal Reserve yang dijadwalkan berbicara pekan ini, termasuk Gubernur The Fed Stephen Miran pada Rabu dan Ketua Jerome Powell pada Kamis.
Sebelumnya, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing mencatatkan kenaikan mingguan keempat dalam lima pekan terakhir, masing-masing naik 1,1% dan 1,3%, sementara Dow Jones menguat 1,1% untuk ketiga kalinya dalam empat pekan.

Sumber : investor.id