Saham BBRI Cs Turunnya Segini Sebulan
Wednesday, October 15, 2025       13:50 WIB

JAKARTA, investor.id - Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk () atau BRI kembali memerah pada akhir sesi I perdagangan Rabu (15/10/2025). Saham ini diparkir minus 1,47% ke Rp 3.500, dan sempat menyentuh Rp 3.450 yang merupakan level terendahnya dalam 6 bulan.
Sebanyak 264,27 juta saham diperdagangkan, frekuensi 50.154 kali, dan nilai transaksi Rp 926,28 miliar. Saham BRI banyak dilepas. Berdasarkan data pada aplikasi Stockbit Sekuritas, saham membukukan net sell Rp 83,4 miliar.
Sejak 10 Oktober 2025, saham emiten bank BUMN ini selalu diparkir di zona merah. Saham melemah 5,91% dalam sepekan, dan anjlok 16,27% untuk satu bulan terakhir dengan net sell asing Rp 2,53 triliun (periode 15 September 2025 - 14 Oktober 2025).
Selain , saham big bank lainnya yang kembali memerah di sesi I hari ini adalah saham PT Bank Negara Indonesia Tbk ()/BNI -0,53% ke Rp 3.780. Dalam sebulan saham ini juga merosot 16,37%.
Sementara itu, saham PT Bank Central Asia Tbk ()/BCA dan saham PT Bank Mandiri Tbk () mampu diparkir di zona hijau pada sesi I hari ini masing-masing +0,69% dan +0,24%. Kendati demikian, saham dan masing melemah dalam satu bulan terakhir masing-masing -7,89% dan -9,29%.
Equity Analyst Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengatakan bahwa saham-saham perbankan mengalami koreksi akibat dilego investor asing. Adapun langkah keluar daripada investor asing tersebut, dilatarbelakangi oleh kinerja keuangan para emiten perbankan yang tidak menunjukan kemajuan seperti yang diekspektasikan para investor.
"Outflow (di sektor keuangan) sejalan dengan kinerja keuangannya. Jika kurang sesuai ekspektasi, seperti loan growth yang tumbuh di bawah konsensus pasar, atau kita lihat bottom line-nya terkoreksi, ini akan berpengaruh. Karena penurunan bottom line berarti ada potensi yield dividend-nya juga turun. Padahal banyak investor yang mengharapkan dividen saham-saham perbankan. Sejauh ini saya lihat kinerja keuangan perbankan belum cukup positif hingga kuartal-III ini," ucap Ratih kepada B Universe secara daring, Senin (13/10/2025).
Ratih mengapresiasi upaya pemerintah dalam memberikan stimulus dan kebijakan moneter yang menggairahkan investor secara jangka pendek. Misalnya saja, penempatan saldo anggaran lebih (SAL) Rp 200 triliun di bank-bank pemerintah yang membuka ruang bagi penurunan bunga kredit perbankan, atau penurunan suku bunga acuan hingga 4.75%. Meski demikian, masih terlalu dini untuk melihat dampak dari stimulus jumbo tersebut.
"Semoga kebijakan moneter dan fiskal yang diberikan pemerintah akan berdampak positif ke sektor perbankan pada kuartal-III," tambah Ratih.

Sumber : investor.id
An error occurred.