-
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Rabu 24 September 2025
Wednesday, September 24, 2025 15:23 WIB
JAKARTA, investor.id -Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tipis pada Rabu (24/9/2025). Penguatan ini ditopang oleh keputusan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Rupiah hari ini ditutup menguat tipis sebesar 3 poin (0,02%) ke level Rp 16.684,5. Sedangkan indeks dolar terlihat naik 0,2% menjadi 97,45. Nilai tukar rupiah ke dolar AS sempat ditutup melemah sebesar 77 poin (0,46%) ke level Rp 16.687,5 pada Selasa (23/9/2025).
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, OECD memperkirakan ekonomi mampu mencapai level 4,9% pada 2025 dan 2026. Proyeksi itu lebih tinggi 0,2 poin persentase dibanding laporan Juni 2025, dan untuk 2026 lebih tinggi 0,1 poin persentase.
" OECD melihat, pelonggaran kebijakan moneter dan investasi publik yang kuat diharapkan dapat mendukung perekonomian Indonesia, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4,9% yang diproyeksikan untuk tahun 2025 dan 2026," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (24/9/2025).
Kemudian, lanjut Ibrahim, pelonggaran kebijakan moneter yang memberi ruang lebih pada aktivitas ekonomi. Sementara itu, investasi publik yang kuat menopang pembangunan infrastruktur, serta konsumsi domestik yang tangguh dan tetap menjadi motor penggerak utama.
Selain itu, Ibrahim menambahkan, rebound investasi diperkirakan ikut mendorong momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah perlambatan global. Namun, OECD mengingatkan masih ada sejumlah risiko yang perlu diwaspadai. OECD melihat perdagangan global dapat mengurangi kinerja ekspor Indonesia.
OECD juga memperkirakan tekanan inflasi Indonesia juga akan terkerek naik. Inflasi di Indonesia diproyeksikan naik tipis dari 1,9% pada 2025 menjadi 2,7% pada 2026. Penyebabnya, ialah depresiasi kurs rupiah yang terus terjadi.
Ketegangan Geopolitik Meningkat
Sementara itu, Ibrahim mengatakan, ketegangan geopolitik semakin mendukung sentimen seputar risiko pasokan yang lebih ketat. Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa negara-negara harus menembak jatuh pesawat Rusia jika mereka melanggar wilayah udara aliansi dan mengatakan Ukraina dapat merebut kembali seluruh wilayahnya dari Rusia.
"Pernyataan tersebut menandai perubahan retorika yang tajam dalam sikap Washington dan dianggap meningkatkan risiko sanksi lebih lanjut terhadap ekspor energi Rusia, yang dapat menekan pasokan global," jelas Ibrahim.
Sementara itu, sebuah laporan Bloomberg menyatakan bahwa otoritas Rusia sedang mempertimbangkan pembatasan ekspor diesel oleh beberapa perusahaan menyusul serangkaian serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap fasilitas energi.
Di sisi lain, Ibrahim mengatakan, Ketua The Fed Jerome Powell menekankan tantangan menyeimbangkan pengendalian inflasi dengan risiko ketenagakerjaan dalam pidatonya pada hari Selasa. Ia menyoroti tidak adanya "jalur bebas risiko" saat The Fed menavigasi inflasi yang persisten dan pertumbuhan lapangan kerja yang melemah.
Menyusul pernyataan Powell, Presiden The Fed Bank of Chicago Austan Goolsbee menyatakan bahwa The Fed memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga jika inflasi terus menurun. Namun, ia memperingatkan agar tidak melakukan penurunan suku bunga yang agresif karena risiko inflasi yang persisten.
Pasar memperkirakan dua penurunan suku bunga lagi tahun ini, sejalan dengan arahan bank sentral. Powell enggan memberikan sinyal yang jelas mengenai waktu penurunan suku bunga berikutnya, membuat pasar ragu tentang arah kebijakan The Fed di masa mendatang.
"Untuk perdagangan Kamis (25/9/2025), nilai tukar rupiah diprediksi fluktuatif.Namun, rupiah akanditutup melemah direntang Rp16.680 - 16.730," tutup Ibrahim.
Sumber : investor.id